Tradisi Megengan yang Khas di Kota Pekalongan, Bagaimana Pendapat Para Ulama?

Tradisi megengan menyambut bulan suci ramadan di Kota Pekalongan
Tradisi megengan populer di KOTA Pekalongan sebagai simbol menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan, salah satunya diekspresikan dengan berbagi makaan.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID – Bagi wong Pekalongan, tradisi megengan tentu bukanlah hal asing. Tradisi ini merujuk pada aktivitas “bersiap-siap” menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan, yang dilakukan dengan berbagai ekspresinya, seperti berbagi makanan, sembako, mandi di sungai, makan-makan, dan belakangan ada pula yang berekreasi atau wisata.

Sebagai aktivitas sosial budaya yang digarami dengan semangat nilai-nilai agama, tradisi megengan sesungguhnya telah ada sejak dulu, sebuah aksi simbolik umat Islam menyambut datangnya bulan Ramadan. Meski tak tahu persis kapan tradisi ini bermula, yang pasti praktiknya terus disosialisasikan secara turun temurun, sehingga masih bertahan sampai dengan saat ini.

Paling kentara sekali tradisi megengan dilestarikan oleh para juragan-juragan batik di Kota Pekalongan. Lazimnya sang juragan membuat makanan lebih untuk dibagikan seluruh pekerjanya. Lalu biasanya pekerja batik bakal memakannya di luar atau dibawa pulang ke rumah. “Ini sang empunya pranggok memasak makanan lebih.” Begitu kurang lebih pesannya untuk keluarga di rumah.

Baca Juga:Begini 3 Cara Top Up OVO dari BCA, Jangan Bingung YaJangan Sampai Kelewat, Begini Cara Mendaftar Kartu Prakerja Gelombang 49

Kalau pun tidak, ada juga yang melaksanakan tradisi megengan dalam bentuk membagi sembako untuk pekerja batik seperti para kuli keceh, penyolet, penyanting, tukang jahit dan sebagainya. Begitulah, macam-macam rupanya ekspresi dari tradisi megengan, sebuah penyambutan bulan suci Ramadan.

Bahkan, belakangan ada pula yang melaksanakan tradisi megengan ini dalam kesan yang lebih “hedonis”, yakni dengan liburan ke tempat wisata. Biasanya semua dibiayai sama juragan atau bosnya. Pekerja tinggal ongkang-ongkang kaki dan menyiapkan fisik yang sehat.

Terus yang jadi pertanyaan adalah apakah sesuai dengan anjuran agama? Bagaimana sikap dan pendapat para ulama mengenai fenomena tradisi Megengan di kota Pekalongan.

Tradisi Megengan Menurut Para Ulama

Momentum jelang datangnya bulan suci Ramadan memang sebuah keistimewaan bagi wong Pekalongan sendiri. Maka tidak heran berbagai bentuk tradisi megengan dilakukan oleh tiap lapisan masyarakat.

Nah mari kita belajar bagaimana sih ulama memandang fenomena tradisi megengan. Ternyata sosial budaya tersebut sangat mencerminkan nilai-nilai ajaran Islam.

Dilansir dari laduni.id, seorang ulama terkemuka Al-Hafidz ibn Rajab al-Hambal mengungkapkan dalam menyambut bulan suci Ramadhan, umat Islam dianjurkan mengamalkan berbagai kebaikan.

0 Komentar