Warga Degayu Diajak Nobar Film ‘Degayu: Against The Shore’

Degayu: Against The Shore
NOBAR - Masyarakat Kelurahan Degayu diajak menyaksikan bersama film 'Degayu: Against The Shore' untuk membangun aksi peduli perubaan iklim.
0 Komentar

*Bangun Aksi Peduli Perubahan Iklim

KOTA – Pokja Perubahan Iklim (PI) Kelurahan Degayu bersama Kemitraan mengadakan Sarasehan Nobar dan Aksi Peduli Bersama untuk Degayu di Halaman Kelurahan Degayu. Film ‘Degayu: Against The Shore’ ini diproduksi oleh ClimArt dengan mengusung kampanye #AgainstTheShore, yang bertujuan untuk membangun aksi kolaboratif demi menemukan solusi dan inovasi kreatif bagi wilayah terdampak krisis iklim.

Fokus utama film ini terletak pada banjir rob yang kini mengancam pesisir jalur Pantai Utara Jawa Tengah. Kondisi semacam ini telah dialami Desa Simonet dan kini melanda Kelurahan Degayu.

Lurah Degayu, Fariki menyampaikan terima kasih atas kerjasama yang dilakukan bersama dengan Kemitraan sehingga dapat terlaksana acara nonton bareng ini untuk mengedukasi masyarakat Degayu. “Masyarakat harus mengetahui kondisi Kelurahan Degayu seperti apa dan hal-hal apakah yang perlu dilaksanakan, serta cara menyikapi dampak perubahan iklim di Degayu,” terang Fariki.

Baca Juga:Rusak Parah, Ruas Jalan Lebo-Candiareng Disorot DewanJelang Kompetisi Liga 3, Fisik Pemain Persip Pekalongan Digenjot

Disebutkan Fariki, upaya untuk swadaya masyarakat Degayu tinggi, kemaren peninggian jalan di Padukuhan Clumprit menggunakan swadaya masyarakat, belum ada bantuan lain. “Di samping ada dana Kelurahan, semampu kita untuk membangun jalan yang terdampak rob,” kata Fariki.

Sementara itu, Ketua Pokja Perubahakn Iklim, Muhammad Faisal Latif menjelaskan, perubahan iklm yang ia rasakan sejak 2009 ada tanda-tanda banjir rob di Degayu, tetapi yang masuk di Degayu sifatnya datang terus dan pergi di bulan tertentu di Desember Januari.

“Tapi seiring berjalannya waktu 2017 banjir sudah tidak seperti dulu, lebih sering datang masuk rumah kami dan di 2019 benar-benar Kelurahan Degayu terendam secara keseluruhan. Di wilayah Clumprit sampai sekarang dari 2019 tidak pernah surut terakhir masih ada genangan semata kaki. Karena genangan dari 2019 jalanpun licin dan berlumut dan infrastruktur rusak,” beber Faisal.

Diungkapkan Faisal, yang paling mencolok adalah perubahan sumber ekonomi masyarakat, dulu swasembada padi sekarang tidak ada lahan yang dikelola, dan menyebar ke sektor lain kerusakan infrastruktur, jalan, sarana prasarana kesehatan dan munculnya penyakit-penyakit. “Terjadi secara perlahan masyarakat yang sudah kehilangan mata pencaharian berfikir karena menganggur akhirnya edukasi dari pihak luar datang membuat masyarakat Degayu adaptasi mencari sumber ekonomi dulu petani sekarang menjadi pencari ikan liar di malam hari,” pungkas Faisal. (nul)

0 Komentar