RADARPEKAlONGAN.ID – Pada beberapa hari ini, publik heboh karena disuguhi dengan pemberitaan perselingkuhan seorang laki-laki dengan ibu mertuanya, naudzubiullahu mindzalik. Nah pada momentum tahun baru 2023 ini, hendaknya kita semua punya resolusi pada tahun 2023.Setidaknya ada keinginan kuat dalam diri yang hal tersebut menjadi kebulatan tekad untuk direalisasikan pada tahun ini. Salah satunya adalah setia kepada pasangan sah, dalam artian hindari selingkuh.Agar resolusi 2023 bisa sukses terwujud, kita perlu menerapkan beberapa tips agar resolusi tersebut tidak menjadi wacana saja. Dan di antara resolusi 2023 adalah untuk tidak menyakiti pasangan sah, apalagi selingkuh.Perlu diketahui bahwa perselingkuhan adalah yang menjadi salah satu pemicu tingginya angka perceraian. Karenanya, dalam pandangan Islam, upaya apapun yang merusak keutuhan rumah tangga orang lain adalah haram. Bahkan tindakan merusak hubungan rumah tangga orang lain termasuk dalam kategori dosa besar. Seperti dikutip dalam laman nu.online, salah satu argumentasinya adalah meminang (khitbah) seorang perempuan yang sudah dipinang laki-laki lain saja dilarang, apalagi mendekati dan merusak hubungan seorang wanita dengan suaminya. Dalam sebuah hadits dikatakan:
وَمَنْ أَفْسَدَ امْرَأَةً عَلَى زَوْجِهَا فَلَيْسَ مِنَّا -رواه النسائي
Artinya: Dan barang siapa yang merusak hubungan seorang istri dengan suaminya maka ia bukan termasuk dari golongan kami. (HR An-Nasai).
Dari penjelasan singkat ini maka dapat dipahami bahwa hubungan seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang statusnya masih bersuami adalah hubungan terlarang. Dan lelaki tersebut dianggap sebagai perusak. Jika pada akhirnya keduanya bercerai, kemudian si perempuan menikah dengan laki-laki selingkuhannya, apakah hubungan terlarang tersebut berdampak bagi status hukum pernikahan mereka?
Baca Juga:Kepengin Rumah Tanggamu Seperti Rasululloh, Berikut Tipsnya?Sistem Proporsional Tertutup dan Terbuka Ada Kelebihan dan Kekurangannya, Pemerhati Politik Pekalongan Sarankan Minimalisir Madhorotnya
Madhzab MalikiPendapat yang sangat keras disampaikan oleh Madzhab Maliki. Jika ada seseorang laki merusak hubungan seorang istri dengan suaminya, kemudian suaminya menceraikan perempuan tersebut, lantas laki-laki yang merusak hubungan itu, setelah selesai masa iddah, menikahinya maka pernikahannya harus dibatalkan, walaupun setelah terjadi akad nikah. Sebab terdapat kerusakan dalam akad. Perhatikan penjelasan berikut ini:
وَقَالَ الشَّيْخُ عَلِيٌّ الْأَجْهُورِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى مَا نَصُّهُ ذَكَرَ الْأَبِيُّ مَسْأَلَةً مَنْ أَفْسَدَ امْرَأَةً عَلَى زَوْجِهَا أَنَّهُ يُفْسَخُ , وَلَوْ بَعْدَ الْبِنَاءِ , فَإِنَّهُ نُقِلَ عَنْ ابْنِ عَرَفَةَ أَنَّ مَنْ سَعَى فِي فِرَاقِ امْرَأَةٍ لِيَتَزَوَّجَهَا فَلَا يُمْكِنُ مِنْ تَزْوِيجِهَا وَاسْتَظْهَرَ أَنَّهُ إنْ تَزَوَّجَ بِهَا يُفْسَخُ قَبْلَ الْبِنَاءِ وَبَعْدَهُ لِمَا يَلْزَمُ عَلَى ذَلِكَ مِنْ الْفَسَادِ
Artinya: Syaikh Ali al-Ajhuri RA berkata—bunyinya adalah—bahwa Al-Abiyyu menjelaskan masalah orang yang merusak hubungan seorang istri dengan suaminya, bahwa pernikahan keduanya (lelaki yang merusak dan wanita yang dirusak) itu harus dibatalkan walau setelah akad nikah. Pandangan ini sebenarnya dinukil dari Ibnu Arafah yang menyatakan, bahwa barang siapa yang berusaha memisahkan seorang perempuan dari suaminya agar ia bisa menikahi perempuan tersebut, maka tidak mungkin baginya (tidak diperbolehkan, pent) untuk menikahinya. Dan hal ini menjadi jelas bahwa jika lelaki menikahihnya maka pernikahannya harus dibatalkan baik sebelum atau sesudah akad karena hal itu menyebakan kerusakan dalam (akad, pent). (Muhammad bin Ahmad bin Muhammad ‘Alisy, Fath al-‘Ali al-Malik fi al-Fatwa ‘ala Madzhab al-Imam Malik, Bairut-Dar al-Ma’rifah, tt, juz, 1, halaman: 397)