RADARPEKALONGAN.ID – Candi Dieng dan Candi Borobudur diketahui merupakan salah satu candi bercorak Hindu-Budha tertua di Jawa Tengah. Namun demikian, sejumlah jejak arkeologis Kabupaten Batang justru mengindikasikan bukan hanya usianya lebih tua dari Dieng dan Borobudur, lebih dari itu juga memperkuat dugaan bahwa pesisir utara Kabupaten Batang sebagai pintu masuk dan jalur awal dari proses Indianisasi di Jawa Tengah.
Salah satu keunikan Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk Muslim terbesar dunia adalah pada keberadaan Candi Borobudur, sebuah monumen Budha terbesar di dunia yang sejak tahun 1991 telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan kebudayaan dunia. Menariknya lagi, secara historis Candi Borobudur ini juga membuktikan kuatnya pengaruh budaya Hindu-Budha (India) di nusantara, khususnya pada masyarakat Jawa Kuno, baik dari aspek religi maupun instutusi politik.
Dalam periodisasi sejarah, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha (disebut juga Indianisasi) di Jawa Kuno (khususnya Jawa Tengah) mencapai puncaknya pada kawasan poros Kedu-Prambanan. Di kawasan poros inilah lahir Kerajaan Mataram Kuno serta monumen Candi Borobudur yang dibangun sekitar abad VIII. Dalam proses Indianisasi di Jawa Tengah inilah pesisir Pantai Utara Jawa Tengah diyakini memegang peranan penting. Para pemuka agama (Brahma) maupun Ksatria India masuk ke Jawa pertama-tama melalui Pantai Utara Jawa hingga terus melakukan perjalanan ke Selatan, baik itu kawasan Dieng maupun Kedua-Prambanan dan mencapai puncak peradabannya.
Baca Juga:Pasca Pandemi, Kasus Gangguan Jiwa Naik jadi 2.726
Namun demikian, para ahli sepertinya masih belum menemukan kata sepakat. Bahwa perjalanan itu memang bermula dari pendaratan di Pantai Utara Jawa, tetapi yang menjadi misteri sampai saat ini adalah di mana tepatnya pintu masuk dan jalur dari proses Indiniasasi tersebut. Mengacu tulisan Sowfan Noerwidi dari Balai Arkeologi Yogyakarta “Melacak Jejak Awal Indianisasi di Pantai Utara Jawa Tengah”, maka Kabupaten Batang sebagai wilayah pesisir Utara Jawa Tengah diyakini paling memenuhi kriteria untuk menjadi pintu masuknya dan jalur awal utama pengaruh Hindu-Budha di Jawa Tengah.
Pertama, secara geografis Kabupaten Batang dipandang paling strategis karena kombinasi wilayahnya yang bercorak pesisir, dataran rendah, dan pegunungan. Kabupaten Batang juga berbatasan dengan Kendal (sebelah timur), Banjarnegara dan Wonosobo (selatan), serta Pekalongan (barat). Kabupaten Batang juga dialiri tiga sungai besar, yakni Sungai Kuto, Sambong, dan Sungai Gede yang kesemuanya berhulu di kawasan Gunung Prau atau sebelah dari dataran tinggi Dieng, tempat di mana salah monumen Hindu tertua di Jawa Tengah berada.