Dengan demikian, seperti juga kepercayaan sebagian warga Kecamatan Bawang, bahwa jalur yang menghubungkan Bawang dengan Dieng telah ada sejak masa Jawa Kuno, khususnya sebagai perjalanan spiritual para pemuka Hindu.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa jejak arkeologis Kabupaten Batang relatif lebih tua dari situs yang ditemukan di kawasan Dieng maupun Kedu-Prambanan. Kalau data arkeologis di Kabupaten Batang berasal dari kisaran abad V sampai VIII Masehi, Candi Arjuna dan Candi Semar di Dieng dibangun sekitar tahun 750 M. Begitupun dengan Candi Borobudur yang diperkirakan dibangun di abad VIII Masehi.
Hal yang sama pun berlaku untuk institusi politik, di mana Kerajaan Mataram Kuno yang dibangun Sanjaya dari Wangsa Syailendra baru berdiri di tahun 732 M, yang belum memiliki konsep daerah perdikan. Sementara Prasasti Sojomerto yang berasal dari awal abad VII telah menjelaskan tentang Dapunta Selendra yang merupakan pendiri Wangsa Syailendra, serta Prasasti Blado dari tahun 700 M juga telah menjelaskan adanya wilayah perdikan (sima).
Baca Juga:Pasca Pandemi, Kasus Gangguan Jiwa Naik jadi 2.726
Dari sejumlah ulasan tersebut, maka jejak arkeologis Kabupaten Batang memiliki peranan penting dalam menjelaskan tentang awal mula dan perkembangan Hindu-Budha di Pantura Jawa Tengah hingga meluas dan membentuk peradaban di Jawa Tengah bagian selatan. Namun demikian, penelitian lebih mendalam tentang jejak arkeologis Kabupaten Batang juga perlu terus dilakukan untuk menemukan gambaran yang lebih utuh. (*)