Politisi muda PKB ini juga mengaku sepakat dengan konsep living museum sebagai salah satu alternatif sederhana untuk melestarikan sekaligus menjadikan kekayaan heritage tersebut sebagai instrumen edukasi sejarah. Melalui konsep living museum, para wisatawan bisa melakukan trip sejarah meyusuri situs arkeologi kuno di sejumlah lokasi di Kabupaten Batang.
Trip Jejak Arkeologis Jawa Kuno
“Seingat saya, dulu gagasan living museum ini pernah diwacanakan komunitas lokal yang peduli warisan heritage jejak arkeologis Jawa Kuno. Ya ketimbang bangun museum sulit terwujud, kenapa tidak dijadikan museum hidup saja, kan tinggal dirumuskan tata kelola wisatanya dan lainnya. Kalau ini dikelola dengan baik dan serius, saya yakin bisa menjadi salah satu wisata unggulan, dan kelak bisa menjadi penyumbang pendapatan asli daerah. Tetapi ya itu, konsep dan daya dukungnya harus ada,” ucapnya.
Konsep living museum memang pernah digagas beberapa komunitas pemerhati cagar budaya Batang, sejak beberapa tahun lalu. Salah satunya Batang Heritage, yang menilai kekayaan benda cagar budaya yang banyak ditemukan di Kabupaten Batang itu terlalu berharga untuk dianggurkan. Karena itu, sementara membangun museum mungkin butuh waktu dan anggaran besar, komunitas Batang Heritage menggagas konsep wisata living museum.
Baca Juga:[CERPEN] Pasar Malam[PUISI] Kisah Cinta Senja dan Malam
Keberadaan jejak arkeologis Jawa Kuno itu bahkan tersebar merata di 15 kecamatan. Sayangnya, belum semua benda cagar budaya (BCB) berusia ratusan tahun itu terlindungi dengan baik, sebagian bahkan masih berada di tempat ditemukannya.
Kondisi itu mengundang keprihatinan sejumlah komunitas pemerhati cagar budaya. Ketua Batang Heritage, Prasetiyo Widhi,mengatakan, komunitasnya sejauh ini aktif melakukan dokumentasi dan inventarisasi berbagai produk sejarah, tradisi, dan budaya yang hidup di Kabupaten Batang. Seperti halnya Batang Ghallery, mereka juga rutin menggelar diskusi dan event budaya untuk mensosialisasikan kekayaan sejarah dan budaya daerah kepada generasi muda, khususnya jejak arkeologis Jawa Kuno.
“Ini wujud kepedulian kami dan lainnya untuk menjaga dan melestarikan warisan sejarah Batang. Di Silurah, kami bersama masyarakat setempat juga melakukan dokumentasi semua yang terkait dengan situs di sana, juga di Sojomerto serta Batik Rifaiyah di Kalipucang,” ungkap Pras di 2018 silam.