SEMARANG, RADARPEKALONGAN.ID – Potensi santri ternyata sangat besar. Santri memiliki potensi menjadi penggerak peradaban nusantara. Karena jumlahnya terbanyak, serta tersebar dipelosok desa.
“Melalui berbagai aktivitas pendidikan yang digeluti selama di pesantren, potensi santri sangat besar. Santri yang tersebar di berbagai penjuru di tanah air berpotensi menjadi penggerak peradaban,” ucap Plt Direktur Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam ( Diktis) Direktorat Jendral (Dirjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag) RI Syafi’i dalam Seminar Nasional bertema ‘Mahasantri Penggerak Peradaban’ yang diselenggarakan Pengurus Pusat (PP) Asosiasi Dosen Pergerakan (ADP) di kampus II Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Selasa (6/12/2022).
Syafi’i menyebut, sekarang ini terdapat sejumlah 1,2 juta orang generasi muda Islam yang sebagian santri berstatus mahasiswa dan sedang menempuh studi di berbagai jurusan atau program studi yang dikelola perguruan tinggi Islam negeri maupun swasta, mereka berperan dalam menggerakkan peradaban. Inilah salah satu potensi santri yang dimiliki Indonesia.
Baca Juga:PBNU Pusat dan BI Berhasil Kembangkan Literasi Ekonomi Syariah dan Pengembangan Ekonomi HalalAaf Walikota Pekalongan Gandeng Ketua RT dan RW untuk Awasi Program Pembangunan
“Sejumlah 1,2 juta lebih mahasiswa itu menjalani kuliah di 58 PTKIN dan 800 perguruan tinggi swasta yang mengelola program studi keislaman, ini potensi tidak kecil yang dapat mendinamisir peradaban,” tuturnya.
“Saat ini bisa dibilang masa keemasan bagi para santri yang sedang menikmati mobilitas vertikal yang luar biasa dan mereka menjadi bagian penting dari sebuah kekuatan penggerak peradaban,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Asosiasi Dosen Pergerakan (ADP) Prof KH Abdurrahman Mas’ud menjelaskan, selain santri sosok kiai baik yang memimpin pesantren maupun yang tidak, menjadi faktor penting dalam menggerakkan peradaban.
Potensi Santri di Daerah
Di beberapa daerah lanjutnya, ada sejumlah kiai tanpa pesantren (KTP) yang memiliki pengaruh besar di mata santri dan masyarakat. Sosok kiai seperti ini sejatinya punya santri, hanya saja santrinya tidak diasramakan.
“Santrinya ya masyarakat itu sendiri yang menjadikan kyai tanpa pesantren tadi sebagai rujukan berkonsultasi sebelum melakukan berbagai hal, terhadap figur yang seperti ini para pegiat ADP jangan sampai lepas perhatian,” ungkapnya.