*Pengrajin Canting Cap Berbahan Kayu Asal Pekalongan
Radarpekalongan.id – Pekalongan dikenal dengan Kota Batik, tidak hanya pengrajin dan penjual batik yang bertebaran disana. Tak luput pula usaha pendukungnya juga hadir secara massal seperti halnya canting cap.
Salah satu pengrajin pembuatan Canting batik cap di Pekalongan adalah Muji Slamet (37).Ditemui di rumahnya Kergon, Kota Pekalongan, yang juga bengkel cantingnya, Muji menceritakan usaha canting yang sudah ia tekuni sejak tujuh tahun lamanya.
Menurutnya, pengrajin canting itu bergantung dengan industri batik disekitarnya. Semakin banyak yang memproduksi batik, semakin banyak pula kebutuhan canting cap.
Baca Juga:DANA Raih Penghargaan PJP Non-bank Performa QRIS Terbaik di Bank Indonesia Award 2022Stop Nyanyi, Judika Kini Harus Istirahat
“Mulai usaha canting cap sudah 7 tahun sampai sekarang. Usaha canting cap kayu ini jadi mata pencaharian saya selama ini,” kata Muji Slamet, belum lama ini.
Dalam produksi sehari-hari ia lakukan sendiri, tak jarang juga dibantu istrinya.
“Canting cap yang saya buat seringnya yang menggunakan kayu. Sebab, tidak hanya lebih mudah proses pembuatan nya juga jauh lebih cepat,” kata Muji.
Muji menghabiskan waktunya setiap hari di bengkel rumah nya untuk membuat canting batik cap. Ia menceritakan, setiap hari dia mampu membuat pesanan canting batik cap hingga 10 buah. Dengan durasi pembuatan satu buah canting kayu kisaran 1 jam saja.
“Palingan sekitar 8 hingga 10 buah setiap hari untuk produksi nya. Tergantung pesanan, karena memang sejauh ini saya membuat canting berdasarkan pesanan yang sudah ada, ” katanya.
Untuk harga canting batik cap kayu buatan Muji dijual kisaran Rp25.000 hingga Rp30.000/buah, tergantung kerumitan desain yang diukir dicanting.
Selain berbahan kayu, tak jarang Muji juga membuat canting cap dengan plat tembaga.
Baca Juga:Yeay Happy Ending Drama “The Queen’s Umbrella” Dengan Rating TinggiRagam Batik Ramaikan PKN 2022
“Bedanya dari bahan kayu, lebih tahan lama dan bagus secara model kalau menggunakan plat tembaga. Namun dari segi pembuatan lebih lama karena lebih detail, harga pun lebih mahal kisaran Rp65.000 hingga Rp100 ribuan/buah,” lanjutnya.
Sejauh ini Muji hanya mengandalkan pesanan secara langsung dari para konsumen yang datang kepadanya. Dirinya belum merambah pasar digital.
“Masih offline dirumah, dan konsumenya masih sekitaran saja. Belum kepikiran untuk merambah online,” kata Muji.