radarpekalongan.id – Magelang – Industri perfilman Indonesia telah menemukan titik balik kebangkitan setelah pandemi Covid-19. Dibuktikan dengan tidak hanya bioskop, namun telah tersedia berbagai platform untuk menikmati berbagai film.
Dikatakan oleh salah satu produser film Indonesia, Riri Riza yang merasa lebih mendapat ruang dalam pendistribusian film yang tidak hanya melalui bioskop.“Sebagai pembuat film saya merasa mempunyai ruang yang lebih untuk distribusi film, beberapa waktu lalu juga terlaksana festival film dimana terdapat sekitar 155 film diputar dari Indonesia dan wilayah Asia,” kata Riri saat ditemui di acara Festival Tenun Internasional beberapa waktu lalu.
Bangkitnya kembali film Indonesia ditandai dengan rating pengunjung bioskop penikmat film Indonesia lebih tinggi daripada penikmat film asing. Hal ini dikatakan oleh Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Ahmad Mahendra.
Baca Juga:Tuhan UangPerpustakaan UIN KH Abdurrahman Wahid Sharing Knowledge dengan Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
“Kita sudah mengalami fase yang berbeda ya, sementara ini film Indonesia mencapai 61 persen diatas film asing yang 39 persen, dalam sejarah ini belum pernah terjadi semoga tetap bertahan, dulu nggak pernah paling mentok 40 persenan. Sekarang kita harus bisa membalikkan film-film Indonesia,” papar Mahendra.
Lebih lanjut Mahendra menjelaskan film-film Indonesia tidak hanya merajai di bioskop-bioskop saja namun juga di festival-festival hingga ke komunitas. Ini dibuktikan dengan naiknya ekosistem perindustrian film yang didorong oleh pemerintah.
“Yang berperan itu semua tidak hanya satu pihak saja tapi ada dorongan dari kita (pemerintah), maka dari itu ekosistemnya terlihat naik. Kita ini menjaga fasilitator supaya digunakan dengan benar dengan berbagai program, dengan pola-pola ini kita percaya yang dibutuhkan disini jadi terjaga. Dan ternyata betul, kualitas film kita naik dan menang penghargaan diluar negeri,” imbuhnya.
Dalam programnya, Mahendra bersama Riri Riza akan berkolaborasi dalam pembuatan program Indonesiana Film. Program ini Kemendikbud mengundang sumbangan proposal dari berbagai wilayah Indonesia yang memiliki muatan lokal, seperti permasalahan di wilayah Indonesia hingga kebudayaan yang ada di setiap wilayah. Yang nantinya difasilitasi menjadi skenario yang baik.
“Menurut saya tidak perlu lagi mencari cerita di Indonesia, disini ladang sejarah. Dalam dunia film nusantara tetap dibutuhkan insentif, karena dunia film ini dikatakan mempunyai sistem ekonomi. Kebudayaan di dalam film itu membutuhkan insentif,” imbuh sutradara yang kerap disapa Mas Riri.