Kenali Risiko Sajikan Telur Mentah atau Setengah Matang untuk Anak

telur mentah
Ilustrasi telur. (pch.vektor/freepik.com)
0 Komentar

Radarpekalongan.id – Memberikan telur mentah sebagai santapan kepada keluarga kita khususnya anak-anak kita ternyata bisa menimbulkan risiko bagi kesehatan.

Memang, telur selama ini diketahui memiliki kandungan nutrisi cukup tinggi. Sumber protein hewani ini mengandung asam amino esensial lengkap.

Setiap satu butir telur ayam mengandung kurang lebih 77 kkal, terdiri dari protein sekitar 5 gram dan lemak total 5,3 gram.

Baca Juga:Layak Ditiru! Polsek Ini Sediakan Sarapan Gratis untuk Warga Tiap JumatBabinsa Kodim Pekalongan Beri Makanan Tambahan ke Anak Stunting

Mengonsumsi telur memang sangat baik dan bahkan diperlukan bagi tumbuh kembang anak agar optimal.

Meski demikian, dalam menyajikan telur untuk keluarga kita, apalagi untuk anak atau balita, tidak boleh sembarangan.

Telur harus dipastikan sudah diolah dengan berbagai cara atau dimasak hingga matang.

Jangan memberikan telur setengah matang atau bahkan mentah untuk anak! Apalagi untuk bayi.

Tak dipungkiri, di masyarakat kita, sudah sejak lama beredar anggapan kalau bayi di bawah usia 1 tahun sering diberi telur mentah atau setengah matang nantinya akan menjadi anak yang kuat atau cerdas.

Praktik pemberian telur mentah atau setengah matang untuk bayi pun sampai saat ini masih marak.

Pemberian Telur Mentah Dapat Sebabkan Sakit Bahkan Keracunan

Padahal, mengonsumsi telur mentah ataupun setengah matang justru dapat menyebabkan anak sakit ataupun keracunan. Hal ini lantaran pada telur, dapat mengandung bakteri Salmonella.

Baca Juga:Sah! Prodi PAI UIN Gus Dur Raih Predikat Akreditasi UnggulKemenkumham Raih Predikat Sistem Merit Sangat Baik dari Komisi ASN

Mengutip tulisan seorang dokter Spesialis Anak, dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A pada laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bakteri Salmonella pada telur tersebut dapat masuk ke dalam telur melalui kulit telur yang retak.

Maka dari itu, telur mentah atau setengah matang tidak boleh diberikan kepada anak. Terutama yang usia balita, terlebih lagi kepada bayi.

“Anak-anak usia balita empat kali lipat berisiko mengalami gejala keracunan makanan berupa Salmonellosis dibandingkan dengan orang dewasa yang mengonsumsi telur mentah atau setengah matang,” tulisnya.

Bahkan menurut dr. Nurul, orang yang lanjut usia dan ibu hamil juga berisiko mengalami Salmonellosis (penyakit infeksi yang disebabkan bakteri Salmonella) apabila mengonsumsi telur mentah.

Gejala Salmonellosis muncul 12-72 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi Salmonella dan membaik dalam waktu 4-7 hari tanpa perlu pemberian antibiotik.

0 Komentar