RADARPEKALONGAN.ID – Baru dua tahun beroperasi, Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Darupono Baru sudah jebol talud atau beronjongnya. Hal itu diduga karena struktur tanah di kawasan TPA yang labil.
Akibat jebolnya talud, sampah yang menggunung menjadi bertebaran terbawa aliran air hujan dan longsor. Selain itu juga menimbulkan dampak pencemaran lingkungan bagi warga TPA. Terutama limbah cair beracun yang timbul dari proses penumpukan sampah (lindi) yang mencemari lingkungan. Padahal operasional TPA tetdebut menggunakan sistem Sanitary Landfill.
TPA Darupono Baru dibangun pada 2020 di atas lahan seluas 5,5 hektar. Anggaran untuk pembangunannya mencapai Rp 21 miliar bersumber dari APBN, dalam hal ini Kementerian PUPR. Tapi jumlah anggaran yang digelontorkan dengan hasil dinilai tidak sebanding. Terbukti, baru dua tahun beroperasi sudah banyak talud yang jebol.
Baca Juga:Simak Nih, Hotel dan Resroran di Kendal Siap Sambut Tahun Baru 2023Keren, Class Meeting di SD Muhammadiyah Sukorejo Dimeriahkan dengan Dance Festival
Pantauan Radar di lapangan, ada dua titik bronjong yang mengalami jebol, yakni bagian atas dan bagian paling bawah. “Terparah bagian bawah, itu sepanjang 200 meter lebih,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kendal, Aris Irwanto, Selasa (13/12/2022).
Penyebabnya karena kondisi tanah di TPA Darupono itu relatif labil, sehingga rawan terjadi longsor. Terutama saat musim penghujan, daya rekat tanah menjadi nol persen. Karena itu, begitu tergerus air rawan terjadi longsor. “Sudah kami upayakan perbaikan. Tapi hasil tidak maksimal, malah jebol lagi akibat hujan lebat beberapa waktu lalu,” ungkap Aris.
Upaya perbaikan akan ditempuh kembali di tahun 2023. Pihaknya telah menganggarkan sebesar Rp 600 juta. Anggaran tersebut akan digunakan untuk perbaikan bronjong dengan pemasangan tiang pancang atau paku bumi. Namun, anggaran tersebut dinilai Aris belum cukup. Baru bisa menyelesaikan kerusakan talud TPA yang jebol sepanjang 100 meter saja. Sisanya, rencananya akan dianggarkan di APBD Perubahan 2023.
“Antisipasi polusi udara berupa bau sampah dan polusi tanah dan air berupa lindi, nantinya akan membangun bak penampungan limbah cair. Beberapa bagian sampah juga sudah ditimbun’ tegasnya.
Sementara aktivis lingkungan dari LSM Biota Foundation Jateng, Abdul Azis, mengatakan, pihaknya akan mengawal permasalahan tersebut sehingga bisa segera tuntas. Agar warga di lima desa tidak lagi resah oleh bau tak sedap dan limba cair. Lima desa tersebut, yakni Desa Kertosari, Kecamatan Singorojo, Desa Darupono, Jerukgiling, Sidomakmur dan Kedungsuren Kecamatan Kaliwungu Selatan. “Kami sudah beraudiensi dengan DLH, jika tidak ada tindak lanjut maka warga dari lima desa ini siap berunjuk rasa ke Bupati maupun DPRD Kendal,” tandasnya. (lid/sef)