Strategi ketiga, lanjut dia, pengelolaan sumber daya air secara terintegrasi. Ini berbicara mengenai sungai dan air bersih. Karena salah satu isunya adalah penurunan muka air tanah. Salah satunya akibat penggunaan air tanah yang berlebihan.
“Sumber air di pesisir Pekalongan masih susah. PDAM pun masih menggunakan sumber air dalam. Misalkan ada satu sumber air yang bisa mensuplai kebutuhan air di kabupaten, kota, maupun Batang misalkan di daerah Doro, Talun, atau daerah agak tengah, sehingga tidak memengaruhi penurunan muka tanah terus bisa dialirkan ke wilayah industri yang menggunakan air secara masif itu akan sangat baik. Bisa mengurangi faktor land subsidence,” ungkap dia.
Terakhir berkaitan dengan masyarakat. Yakni, peningkatan sumber daya manusianya. Mulai dari level masyarakat grass root sampai di level pemerintahnya.
Baca Juga:Pesona Petungkriyono Kabupaten Pekalongan, Pegunungan Dengan Eksotisme Air Terjun Di Tengah Hutan, Wisata 1000 CurugCurug Bulu Damar, Pesona Terpendam di Tengah Hutan Perawan di Kabupaten Pekalongan, 1 Jam Jalan Terabas Hutan
“Mereka harus punya SOP. Ketika masuk musim hujan apa yang harus disiapkan. Jangan sampai kita semuanya serba terlanjur. Sudah banjir baru evakuasi. Kondisi ini kan berulang terus. Kondisi evakuasi, evakuasi, padahal kita sudah punya prediksi peningkatan curah hujan seperti apa, kemudian kenaikan muka air laut pun di kajian kami ada 0,8 cm/tahun dan penurunan muka tanah. Sebenarnya polanya setiap tahun, tiap bulan, sampai 2040 kita sudah tahu bulan-bulan mana saja yang akan ada banjirnya secara masif. Jangan sampai kita hanya evakuasi evakuasi, tapi kita sudah bisa mencegah sebelum kita mengobati,” tandas dia. (had)