PETUNGKRIYONO, Radarpekalongan.id – Menjelang perayaan Natal dan Tahun baru. Cocok sekali liburan di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Karena wisata edukasi itu menghadirkan potret toleransi beragama dari pelosok negeri antara umat Muslim dan umat Nasrani, sebuah kerukunan dan persatuan yang menginspirasi.Penasaran dengan potret kerukunan warga Desa Kasimpar, Rombongan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Pekalongan dipimpin KH Ahmad Marzuki MPdI dengan diikuti tokoh agama Katolik, Budha, Konghucu, Kristen Protestan, dan Hindu Kota Pekalongan berkunjung di desa yang asri tersebut.Rombongan diterima Kyai Mahfud, santri Kyai Taufiq Wonopringgo, Kyai Jumadi, Pengurus Ranting NU, dan Ketua Majlis Gereja Kristen Jawa dengan penuh keramahan.Usai berkunjung di Desa Kasimpar, Kyai Marzuqi mengatakan, toleransi beragama di Desa Kasimpar bukan basa-basi tetapi toleransi sungguh hakiki.“Dua umat yang berbeda agama. Umat Islam dan Kristen mampu hidup berdampingan sejak tahun seribu sembilan ratusan sampai hari ini,” ucapnya.Saat hari raya masing-masing agama tiba, sambung Kyai Marzuqi, mereka saling berkunjung ke rumah mengucapkan selamat. “Ketika mereka mempunyai hajatan pun saling membantu,” tuturnya.Begitupula sambatan (gotong royong,red) mendirikan rumah, mereka bahu-membahu bekerja sama. Saat ada lek-lekan orang meninggal, mereka berbaur di rumah Sohibul musibah. Lelayu pengumuman kematian orang Kristen pun diumumkan di Masjid. Pemakaman jenazah muslim dan non-muslim.menggunakan area yang sama.“Kalau yang meninggal RT I, maka yang menggali kubur RT II tanpa mempertimbangkan perbedaan agama. Jika ada peringatan hari besar Islam, sering menyediakan podium jemaat Kristen,” terangnya.Kegiatan ngangsu kawruh dari kehidupan rukun dan damai Désa Kasimpar, Kyai Marzuqi mendapat pelajaran yang berharga. “Bahwa toleransi beragama dari pelosok negeri antara umat Muslim dan umat Nasrani itu menginspirasi. (dur)