KAJEN,Radarpekalongan.id – Setiap daerah di Indonesia memiliki kesenian khas dari daerah masing-masing, salah satunya terbang jawan dari Pekalongan.
Di daerah yang dikenal dengan Kota Santri ini banyak tumbuh beraneka macam kesenian tradisional, di antaranya sintren, kuda kepang, kunthulan, dan lainnya. Salah satu kesenian tradisional yang ada di Kabupaten Pekalongan adalah terbang jawan. Kesenian khas yang indah, namun nyaris punah dari Kabupaten Pekalongan.
Kesenian terbang jawan ini campuran antara musik rebana dengan pencak silat. Terbang jawan biasanya dipentaskan untuk menyambut kedatangan tamu penting. Selain itu, sebagai sarana hiburan di masyarakat. Di Kabupaten Pekalongan terbang jawan ini juga dikenal dengan nama gendukan dan rodat. Terbang jawan saat ini sangat jarang dipentaskan, karena harus pada saat tertentu, yaitu sebagai penyambutan untuk tamu dan acara penting saja.
Baca Juga:Mengurai Benang Kusut Rob Pekalongan (4), Penanganan Rob Secara TerpaduMengurai Benang Kusut Rob Pekalongan (3), Apakah Pembangunan Tanggul Dapat Menyelesaikan Permasalahan Rob?
Pemimpin kelompok terbang jawan di Kabupaten Pekalongan, Haryadi, mengatakan, terbang jawan ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu, dan berkembang di daerah ini. Namun saat ini nyaris punah karena minim regenerasi, juga mulai berkurangnya anak muda mau melestarikan budaya yang indah dan mengasyikan ini.
Menurutnya, terbang jawan ada beberapa alat yang dimainkan, berupa rebana kecil dan besar berjumlah sekitar 12 buah. Selain itu juga ada sekitar lima orang yang mendendangkan syair-syair salawatan dan mocopat atau tembang Jawa. Pertunjukan ini penuh kegembiraan dan kesenangan masyarakat muslim, namun tetap khitmat. Iringan ini kemdian diikuti dengan pertunjukan peragaan silat khas Pekalongan.
Peragaan dimainkan secara sendiri atau pertunjukan jurus, dan juga berpasangan atau penggambarkan pertarungan. Awalnya, budaya ini di lingkungan pesantren dan lingkungan tertentu, namun perkembangannya dipopulerkan ke masyarakat luas agar lebih memasyarakat. “Terbang jawan sudah ada sejak nenek moyang dan terus dilestarikan hingga saat ini. Grup terbang jawan seperti ini tinggal kurang dari sepuluh, sehingga harus terus dikembangkan. Kita berharap pemerintah dan masyarakat juga terus mendukung adanya kesenian khas yang indah dan bagus ini,” ujar Haryadi. (had)