PEKALONGAN, Radarpekalongan.id -Maraknya sampah plastik menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan. Mengingat sampah plastik menjadi faktor kerusakan ekologi.
Penanganan masalah sampah tersebut menjadi tanggung jawab bersama. Pengurangan penggunaan plastik harus dimulai sejak sekarang. Begitu juga dengan pembiasaan mengurangi penggunaan plastik harus ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.
Langkah-langkah tersebut telah diterapkan warga sekolah SD Keputran 6 Kota Pekalongan untuk menerapkan Gerakan Bebas Sampah Plastik.
Baca Juga:Sosialisaskan Pentingnya Sekolah KejuruanLebih Lengkap dengan Laboratorium
Demikian disampaikan Kepala Sekolah SD Negeri Keputran 6 Kota Pekalongan, Farita kepada Radarpekalongan.id.
“Gerakan non sampah plastik ini kami terus galakkan saat kami mengikuti Sekolah Adiwiyata, kami mulai menanamkan pada anak-anak didik dan warga sekolah kami untuk tidak menggunakan bungkus makanan yang menggunakan plastik,” ucap Farita.
Farita menjelaskan berbagai upaya telah dilakukan sekolah untuk mewujudkan hal tersebut diantaranya dengan membiasakan anak-anak didik dan seluruh warga sekolah membawa botol (tumbler) minuman atau tempat makan sendiri, reusable bag, dan menggunakan stainless straw.
Disamping itu, mengajak anak-anak didik untuk memilah sampah dan mendaur ulang sampah plastik tersebut menjadi barang yang memiliki nilai jual yang tinggi.
“Mereka juga kami ajak untuk mengelola sampah plastik yang sulit tersebut menjadi hasil prakarya yang indah dan bernilai jual tinggi seperti mengubah sampah plastik menjadi tas, pot tanaman, hiasan meja kursi dan sebagainya.
Disamping itu, para pedagang sudah dikumpulkan untuk menjajakan jajanan yang memenuhi kriteria kesehatan.
“Pihak sekolah dan pedagang juga ada kesepakatan untuk mengurangi sampah plastik,” tutur Farita.
Baca Juga:Mts Azzaky Kawal Ketat Program TahfidzTak Hanya Akademik, Madrasah Juga Bekali Ilmu Agama
Salah satu murid Kelas 6 SD Keputran 6 Kota Pekalongan, Shofia mengaku pada awalnya memang terlihat sulit untuk tidak menggunakan plastik sebagai bahan pembungkus maupun tempat saat ia dan teman-temannya jajan makanan dan minuman yang dijajakan di lingkungan sekolahnya.
“Awalnya memang sulit, tapi ketika sudah terbiasa jadi gampang menerapkannya. Kami juga senang bisa belajar pengelolaan sampah menjadi barang prakarya seperti meja, kursi, pot tanaman, tas. Kami juga pernah diajak ke Bank Sampah Kota untuk belajar proses pengelolaan sampah dan cara menabung sampah disana. Sangat seru sekali,” pungkas Shofia. (mal)