Miskonsepsi atau kesalahpahaman terhadap gangguan mental adalah salah satu faktor orang-orang dengan gangguan mental takut mencari pertolongan. Anggapan masyarakat terhadap orang yang pergi ke terpist, psikeater, dan rumah sakit jiwa adalah orang-orang gila yang berbahaya dan perlu dijauhi.
Padahal tak semua yang masyarakat cap gila adalah “gila”.
Gila dalam konteks yang masyarakat Indonesia pahami biasanya digambarkan sebagai orang-orang yang mengalami gangguan psikotik, yaitu gangguan jiwa berat seperti skizofrenia. Gangguan ini menyebabkan sseseorang tidak bisa membedakan realita dengan khayalan yang menyebabkan mereka bertindak secara tidak normal.
Nyatanya tidak semua gangguan mental seperti itu. Dan orang-orang dengan gangguan mental tidak perlu merasa terintimidasi oleh kesalahpahaman yang selama ini beredar di masyarakat.
Baca Juga:4 Tipe Sleep Chronotype, Kenali Waktu Tidur dan Jam Produktif TerbaikmuStop Meromantisasi Gangguan Mental: Depresi Bukan Tragedi yang Indah!
Masih ada banyak mitos-mitos serta kesalahpahaman terhadap gangguan mental yang masayarakat Indonesia masih yakini dan perlu dibenahi. Berikut rangkuman kesalahpahaman terhadap gangguan mental yang setidaknya perlu diketahui:
Kesalahpahaman Terhadap Gangguan Mental pada Masyarakat
1. Jarang Orang Sakit Mental
Faktanya WHO memperkiraan setidaknya 1 dari 4 orang rentan terkena gangguan mental. Perkiraan saat ini, ada 450 juta orang mengidap gangguan mental. Kondisi yang umum terjadi adalah gangguan kecemasan, dan depresi major.
2. Gangguan Mental = Lemah
Banyak yang berangapan bahwa orang-orang yang terkena gangguan mental adalah orang-orang yang lemah. Lemah secara mental, secara kepribadian, juga secara religius. Para penderita dianggap tidak bisa bertahan karena masalah yang meraka alami hingga meraka mudah gila dan stres.
Padahal kenyataannya, gangguan mental muncul karena beberapa faktor. Antaranya adalah biologis (aktivitas sel dan kimia alami dalam otak), psikologis (trauma), sosial, budaya dan spiritual.
3. Hanya Terjadi pada Orang Dewasa
Tercatat bahwa sebagian dari jenis gangguan jiwa bermula dari anak-anak hingga masa remaja. Beruntung jika remaja-remaja itu mendapat pertolongan segera, jika tidak, gangguan mental itu bisa memburuk dan terbawa hingga dewasa.
Trauma, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) adalah contoh gangguan mental yang bisa terdevelop sejak dini dan dapat menimbulkan gejala yang cukup jelas pada anak-anak dan remaja.