Hal ini tak hanya berbahaya bagi diri para oknum sendiri, tapi juga bagi para penderita yang benar-benar berjuang dengan kondisi mental mereka.
Stigma yang mengatakan bahwa gangguan mental adalah hal indah sebenarnya sangat salah. Self harm, panick dan anxiety attack, depresi, gangguan pola makan, trauma, bipolar, psikopat, sosiopat, dan lain-lain bukanlah hal yang normal. Orang-orang dengan diagnosis tersebut justru mengalami kesulitan melanjutkan hidpu dan mengisolasi diri dari pandangan publik.
Ciri Individu yang Kerap Meromantisasi Gangguan Mental
1. Menjustifikasi Suasana Hati Buruk dengan Gangguan Mental
Serigkali suasana hati yang buruk membuat banyak remaja dan anak muda mengartikan sebagai gejala depresi, stress, dan gangguan kecemasan. Padahal, bisa saja kondisi mereka tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi gangguan mental apapun. Mungkin mereka hanya lelah dan butuh sedikit udara segar, kemudian suasana hati mereka akan kembali normal.
Baca Juga:Alasan Neuroscience Mengapa Adulting Itu SusahCara Menghentikan Overthinking: Jalan Menuju Pikiran Damai dan Hidup Tenang
2. Mengglorifikasi Gangguan Mental sebagai Hal yang Estetik
Ganggan mental di media sosial banyak digambarkan dengan ilustrasi-ilustrasi yang memikat mata, puisi-puisi indah, serta kutipan-kutipan singkat yang syarat akan makna. Padahal, gangguan mental adalah hal yang peik dan bisa saja membahayakan nyawa seseorang.
3. Membiarkan Gejala Gangguan Metal
Selalu merasa baik-baik saja dan menolak upaya untuk bisa keluar dari lingkar setan adalah hal yang kurang tepat untuk dilakukan. Saat dirasa mental kita sudah tidak sehat, segera cari pertolongan pada yang profesional, bukannya memposting konten-konten mengenai hal yang mengglorifikasi gangguan mental. Hal ini sudah menjurus pasa meromantisasi gangguan mental.
Gangguan mental adalah hal yang kompleks, kita tidak bisa asal klaim di sosial media mengenai gangguan mental yang belum tentu kita derita.
Penyebab Romantiasasi Gangguan Mental
Faktor besar banyaknya masyarakat yang meromantisasi gangguan mental adalah media massa dan media sosial. Pembentukan meromantisasi gangguan mental digadang-gadang muncul dari pengaburan batas persepsi antara konten yang benar-benar menampilkan depresi major dengan yang hanya meromantisasi saja.
Media yang seharusnya menjadi wahana untuk memupuk kesadaran akan gangguan kesehatan mental kini malah menjerumuskan orang-orang untuk meromantisasinya.