Pada saat yang sama, di AS, pemerintahan Presiden Joe Biden mengeluarkan undang-undang untuk melindungi negara dari inflasi dan memeranginya dengan menciptakan insentif yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi industri Eropa untuk bermigrasi ke Amerika Utara. Terutama harga energi AS yang menguntungkan yang ditawarkan menyebabkan eksodus industri dari benua lama. Sebuah langkah yang menyebabkan kebingungan yang meluas di antara para pemimpin Uni Eropa — Emmanuel Macron dari Prancis dan Olaf Schulz dari Jerman berada di garis depan dalam kebingungan bangsa Eropa ini.
- Sanksi terhadap Rusia menciptakan risiko bagi ekonomi UE — masa depan zona euro sangat tidak pasti
Perang berita langsung telah dilancarkan mengenai apakah sanksi Barat terhadap Rusia telah memberikan efek yang diinginkan. Tetapi satu hal menjadi jelas selama total sembilan paket sanksi Uni Eropa: sanksi ini berdampak lebih negatif pada ekonomi UE sendiri daripada yang sebelumnya diantisipasi oleh sebagian besar elit Eropa. Apa yang awalnya tampak seperti pukulan keras dan menentukan bagi Rusia dari UE — dengan saham Rusia anjlok sebesar 33% dan rubel turun menjadi 140 unit mata uang per dolar AS pada bulan Maret — segera berubah menjadi efek bumerang ekonomi. Ekonomi Rusia dan mata uang nasionalnya berhasil stabil dan sanksi-sanksi terhadap energinya telah berada dalam proses adaptasi yang konstan — seperti penguatan dan perluasan kemitraan energi dengan Cina, Turki, serta India lebih jauh dalam kesepakatan perdagangan non-dolar AS.
Selain batas harga gas alam UE yang akan diberlakukan pada ekspor Rusia, Intercontinental Exchange (ICE) yang berbasis di AS telah mengancam akan meninggalkan Eropa jika Brussels tetap bertahan dengan batas harga tersebut. Pasokan gas alam yang stabil dari Rusia kini menjadi berita lama setelah meledaknya infrastruktur pipa gas alam Nord Stream II pada bulan September.
Baca Juga:Berikut 4 Faktor Sulit Menurunkan Berat BadanGimana Sich Cara Mengucapkan QRIS yang Benar?
- Rekor pembelian emas oleh bank sentral
Setelah cadangan emas dan valuta asing Rusia dibekukan setelah invasi Februari, investasi di Departemen Keuangan AS terlihat kurang aman dari sebelumnya. Oleh karena itu, bank-bank sentral di seluruh dunia sedang dan masih mencari alternatif. Selain itu, baik Tiongkok maupun Jepang tidak lagi membeli obligasi AS sebanyak itu, yang merupakan pembalikan tren dalam dinamika keuangan global juga.