Ya tidak harus seekstrem itu sih gaes. Toh maknanya tidak harus negatif loh, karena bisa juga membawa vibe positif. Karena kenangan itu tidak bisa dipaksa untuk tidak muncul kan? Ia uncontrolled, kadang unstoppable. Yang bisa kendalikan adalah setelah kenangan itu muncul mau dibawa ke mana. Contoh simpelnya, saat kamu jalan dengan pasanganmu, di dalam mobil si embeib memutar lagu, eh tiba-tiba pikiranmu keinget tuch sama si mantan. “wah, ini lagu kaporit eh favorit si dia nih,” batinmu sambil senyum-senyum sendiri. Sesimpel itu sih.
Kalau kenangan-kenangan yang muncul itu tidak kamu kendalikan, wah bisa berabe nasib hubunganmu dengan pasangan. Dalam kondisi normal mungkin fine-fine saja, tetapi pada situasi khusus, misal saat kamu berantem sama pasangan, modus membanding-bandingkan ini bisa mendesak-desak dengan kuatnya. Kalau itu yang terjadi, maka itulah waktu yang pas bagi kamu untuk segera melepaskan ikatanmu dengan mantanmu, sekali untuk selamanya. Dan jangan sampai, pasanganmu tiba-tiba membeli perangkat karaoke, dan melantunkan tembang Farel Prayoga yang masyhur itu;
Wong ko ngene kok dibanding-bandingke (banding-banding)Saing-saingke, yo mesti kalahKu berharap engkau mengerti, di hati iniHanya ada kamu
Baca Juga:Belajar Asyik Tata Surya dan Karakteristiknya dengan Model Kooperatif Make A MatchCerdik! Cara Abu Abu Nawas Selesaikan Sengketa Pembagian Kambing
Begitu gaes, bagi yang mau atau baru menikah, ada baiknya mencermati nasihat para sesepuh ini. Yang nikahnya sudah lama juga boleh sih, khususon bagi yang menunjukkan gejala seperti ulat keket: puber kedua. []