RADARPEKALONGAN.ID – Tanggal 10 Januari diperingati sebagai Hari TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat). Tritura merupakan tonggak sejarah yang mengawali lahirnya Orde Baru.
Lantas, apa itu sebenarnya yang dimaksud dengan Tritura? Apa latar belakang sejarahnya?
Berbicara tentang sejarah Indonesia, tak bisa dilepaskan dari Orde Baru. Begitupun kalau membahas kelahiran Orde Baru, tentunya tak bisa dilepaskan dari munculnya aksi-aksi yang dikenal sebagai Tritura, serta adanya Surat Perintah Sebelas Maret, alias Supersemar.
Baca Juga:Pria yang Menceburkan Diri dari Atas Jembatan ke Muara Sungai Slamaran Ditemukan dalam Kondisi Meninggal DuniaLapas Pekalongan Butuh Tambahan Mesin Pompa Air untuk Atasi Banjir
Merujuk pada buku Sejarah Indonesia untuk Kelas XII yang diterbitkan Ditjen PAUD, Dikdas, Dikmen pada Direktorat SMA Kemendikbud tahun 2020, Orde Baru adalah istilah umum untuk sistem politik yang berlaku setelah berkuasanya Soeharto tahun 1966 hingga kejatuhannya pada Mei 1998.
Orde baru juga didefinisikan sebagai tatanan kehidupan negara dan bangsa yang diletakkan kembali pada pelaksanaan kemurnian Pancasila dan UUD 1945.
Orde Baru juga merupakan koreksi total atas segala penyimpangan dan penyelewengan kehidupan bangsa dan negara dari jalur Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Tonggak lahirnya Orde Baru ditandai oleh munculnya TRITURA sebagai ide perjuangan yang dirumuskan oleh Angkatan “66/KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia)”.
Dikutip dari Wikipedia, aksi Tritura yang semula digelorakan oleh KAMI, selanjutnya diikuti pula oleh kesatuan-kesatuan aksi yang lainnya. Antara lain Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), serta didukung penuh oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Lahirnya Tritura ini, dilatarbelakangi oleh beberapa sebab. Diantaranya, pemerintah saat itu tidak segera mengambil tindakan terhadap gelombang demonstrasi menuntut pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI). Ditambah lagi, keadaan negara Indonesia sudah sangat parah, baik dari segi ekonomi maupun politik. Harga barang naik sangat tinggi terutama bahan bakar minyak (BBM).
Sehingga, gelombang aksi semakin hari semakin masif. Terutama di tanggal 10 sampai 13 Januari 1966. Pada 10 Januari 1966, ribuan mahasiswa bergerak ke Gedung Sekretariat Negara memprotes ketidakstabilan negara dan menyuarakan tiga tuntutan rakyat (Tritura).