Jika kondisi sudah darurat, pemberitahuan akan disampaikan melalui pengeras suara musola atau masjid yang berada di dekat Jembatan Sungai Kemiri. Warga diimbaukan untuk mengamankan barang-barang, serta bagi yang kediamannya tidak memungkinkan agar mengungsi.
Wibowo dan rekan-rekannya juga turut membantu apabila ada evakuasi warga. Termasuk pada pagi harinya mengantar anak sekolah dengan menggunakan perahu yang disediakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tegal, karena banjir setinggi lutut orang dewasa. Menurut Wibowo yang telah lama di Jalan Banyuwangi, banjir terbesar yang melanda wilayahnya adalah pada 12 Februari 2018.
Banjir besar tersebut terekam dalam ingatan Wibowo. Selain terjadi tepat di hari ulang tahun sang istri, juga karena saat itu semua warga harus mengungsi. Usaha penjualan pakan burung yang dijalani Wibowo pun harus gulung tikar karena terhempas banjir, begitu juga dengan usaha beberapa warga lainnya. Dengan sisa modal, dia berusaha memulai usahanya hingga sekarang.
Baca Juga:Warga Grebek Toko Penjual Obat TerlarangCek Banjir, Ganjar Siap Bantu Rehab Rumah dan Alat Sekolah
Wibowo cukup bersyukur banjir di Jalan Banyuwangi lumayan cepat surut, yaitu sekitar pukul 10.00 atau 11.00. Bantuan ponggol pun diterima warga. Di samping talut Sungai Kemiri sudah diperbaiki, di Jalan Banyuwangi telah dibangun saluran air. Namun demikian, Wibowo berharap tetap ada peninggian tanggul agar dampak banjir tidak terlalu membebani warga.
Tidak ada pilihan lain. Bagaimanapun juga, Wibowo tetap harus menempati rumah yang sudah puluhan tahun ditempati bersama keluarganya, meski setiap tahun dihadapkan dengan persoalan banjir. Dia berharap program penanganan banjir semakin optimal. Sehingga, warga dapat menjalani kehidupan dengan aman dan nyaman. (*/fat)