RADARPEKALONGAN.ID – Permainan lato-lato yang saat ini banyak digemari oleh anak-anak hingga dewasa, ternyata telah ada sejak tahun 1960-an sampai 1970-an.
Dikutip dari laman Antara, permainan lato-lato sendiri berasal dari Amerika Serikat. Permainan tersebut di negara asalnya disebut sebagai clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers, atau clankers.
Penyebutan permainan tersebut merujuk pada benda yang sama, yakni dua bola yang dihubungkan dengan dua utas tali. Sedangkan untuk cara mainnya sendiri persis sama dengan lato-lato dimainkan di Indonesia.
Baca Juga:Tahlil KanjuruhanCeres Swasta
Bunyi kedua bola yang menggantung dan berbenturan seperti ‘clack-clack’ saat dimainkan itulah yang mendasari penamaan mainan tersebut.
Permainan Clackers sendiri awalnya dibuat sebagai alat untuk mengajari anak-anak berlatih koordinasi antara tangan dan mata. Bahkan New York Times menerbitkan catatan pada Agustus 1971 yang menunjukkan adanya kejuaraan dunia clackers.
Namun seiring kepopuleran permainan tersebut, sejumlah anak di Amerika mulai menjadi korban. Hal itu disebabkan bandul yang terbuat dari akrilik itu bisa pecah jika dibenturkan terlalu keras.
Akibatnya pada tahun 1985, lato-lato mulai dilarang diperjualbelikan. Pertimbangannya demi keselamatan anak, karena saat itu banyak anak-anak AS yang terluka akibat kena pecahan dari bandul clackers.
Bahkan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) melarang peredaran mainan tersebut. Beberapa komunitas dan Organisasi Masyarakat untuk Mencegah Kebutaan (Society for the Prevention of Blindness) juga turut mendukung keputusan FDA.
Sejarah Lato-Lato di Indonesia
Disisi lain, kepopuleran permainan clackers sendiri juga merambah hingga ke Indonesia. Sekitar tahun 1990-an, mainan ini populer dimainkan oleh anak-anak Indonesia. Namun sejarah permainan lato-lato sudah dimainkan sejak 1970-an.
Bentuk mainnya pun tidak berubah, hanya saja tidak lagi menggunakan kaca temper, tetapi diubah dengan plastik polimer. Bahan ini dianggap jauh lebih aman dibanding pendahulunya.
Baca Juga:Emosi SerumpunSenyum Tulip
Meski demikian, permainan ini tetap berisiko pecah, tetapi dengan risiko partikel pecahan tidak membentuk proyektil layaknya kaca, melansir Quartz.
Clackers sendiri di Indonesia lebih populer dengan sebutan lato-lato yang berasal dari bahasa Bugis dan berubah menjadi ‘katto-katto’ di Makassar.