RADARPEKALONGAN.ID – Malang tak tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, peribahasa ini sepertinya cukup menggambarkan nasib naas yang dialami seorang buruh migran asal Kabupaten Kendal, Fitri Yunani (33). Ia yang telah bekerja di Malaysia sejak Oktober 2021 demi membantu keuangan suami, baru-baru ini diketahui tewas setelah terjatuh dari apartemen tempatnya bekerja.
TKW asal Dusun Jambon RT 08 RW 03, Desa Medono, Kecamatan Boja Kendal ini meninggal di Selangor Malaysia pada 4 Januari 2023 lalu. Ia dikabarkan terjatuh dari lantai 8 apartemen tempatnya bekerja.
Kabar duka itu diterima pihak kelurga dari Kepala Desa Medono, Joko Suko Sarono, setelah sang Kades menerima informasi resmi soal meninggalnya Fitri Yunani dari Kedutaan Besar Republik Indionesia (KBRI) Malaysia melalui sambungan ponsel.
Baca Juga:Dua Contoh Kasus Ini Menjelaskan Kenapa Hoaks Mudah Menyebar14 Januari 1946, Gerilya TKR dan Pasukan Jenggot Sukses Gagalkan Agresi Belanda
Dari keterangan pihak keluarga korban, Fitri Yunani diketahui berangkat ke Malaysia sebagai BMI sejak Oktober 2021. Ibu satu anak ini memilih bekerja ke negeri tetangga guna membantu suaminya mencari uang. Namun nasib berkata lain, dalam perjalanannya bekerja sang pahlawan devisa ini dikabarkan meninggal dunia di Selangor, setelah jatuh dari lantai 8 apartemen tempatnya bekerja.
“Pak Kepala Desa yang ngabarin kalau Fitri dikabarkan meninggal di tempat kerjanya. Kabar meninggalnya istri saya itu diterima Pak Kades dari KBRI di sana,” kata Sigit Setiawan, suami Fitri Yunani, Jumat (13/1/2023).
Berdasarkan informasi yang diterima keluarganya, jelas Sigit, istrinya meninggal tanggal 4 Januari 2023, setelah terjatuh dari apartemen lantai 8 di tempatnya bekerja. Pada tanggal 5 Januari, KBRI mendapat surat kepastian meninggalnya Fitri. Lalu tanggal 7 Januari, KBRI memberi kabar kematian tersebut kepada Kepala Desa Medono, Joko Suko Sarono.
“Cuman saya dan keluarga hanya menerima kabar saja, dan tidak menerima foto jenazah istri saya. Kalau benar sudah meninggal, saya ingin istri saya cepat-cepat dipulangkan ke Indonesia untuk dimakamkan,” terangnya penuh harap.
Sigit mengaku, saat ini dirinya sudah mengirim surat ke KBRI Malaysia. Ia ingin jenazah istrinya segera dipulangkan dengan biaya pemerintah. Sebab pihak kelurga, tidak mampu bila memulangkan jenazah istrinya dengan biaya sendiri. “Untuk menanggung biaya memulangkan jenazah keluarga tak sanggup. Berharap ada peran pemerintah,” harapnya.