Dikatakan, total panjang jalan yang rusak sekitar 4 kilometer. Warga hanya mampu memperbaiki sesuai kemampuannya. “Jalan rusak sekitar 4 km. Mulai dari Jumat kemarin, warga bekerja bakti. Kemampuan kami paling meter, ndak sampai kilo. Sehari ndak ada 100 meter jalan yang diperbaiki,” ungkapnya.
Warga di jalur itu sudah lama mengidamkan jalannya alus, agar rezekinya mulus. Oleh karena itu, warga dengan penuh kesadaran dan keterpaksaan rela mengeluarkan keringatnya hingga malam hari untuk memperbaiki kerusakan jalan. “Perbaikan dilakukan sak legane warga. Kadang sampai malam. Kemarin 70 sampai 80 warga ikut kerja bakti,” kata dia.
Ia berharap, pemkab lebih jeli lagi dalam menentukan skala prioritasnya. Sehingga dengan anggaran terbatas, prioritas pembangunannya lebih mengena. “Kami harap ada perhatian khusus dengan kondisi jalan seperti itu. Saya sampai takjub lah dengan kondisi seperti itu semangat masyarakat luar biasa,” tandasnya.
Baca Juga:Ingat, Jangan Konsumsi Kopi Berlebihan, Ini 5 DampaknyaSudahkah Anda Ngopi Pagi Ini, Manfaatnya Bisa Cegah Kanker Hingga Kurangi Stres Lho
Disebutkan, swadaya masyarakat sangat luar biasa. Jika tenaga kerja warga dihitung, maka biaya upah kerja bisa senilai Rp 6,4 juta dalam sehari. Itu jika HOK sehari Rp 80 ribu. Padahal, warga secara sukarela menyumbangkan tenaganya untuk perbaikan jalan itu.
“HOK sehari Rp 80 ribu dikali 80 orang, berapa itu upah kerjanya jika dihitung. Belum materialnya. Kita sewa molen juga. Warga di sini kaya si ndak tapi karena kesadaran dan keterpaksaanya makanya guyup. Kita sudah mengajukan proposal sampai kabupaten. Namun dijanjikan selalu. Waktu itu dijanjikan di tahun 2022, ini sudah berlanjut ke 2023. Jika 2023 belum terealisasi, mungkin dijanjikan di tahun 2024,” katanya. (had)