Berikut adalah contoh bagaimana kedua tipe coping strategy ini bekerja dalam situasi tertentu.
Penilaian Orang Lain Terhadap Kinerjamu
Kamu membaca hasil evaluasi orang lain terhadap kinerjamu dalam suatu projek. Ulasan tersebut menyatakan bahwa kamu berada di bawah rata-rata untuk pekerjaan tertentu dan kamu terkejut atas hal tersebut, sebab kamu merasa bahwa kinerjamu baik di aspek-aspek tersebut.
Kemudian, perasaan cemas dan frustrasi menghampiri. Terlebih karena evaluasi tersebut memengaruhi kariermu selanjutnya.
Baca Juga:Prokrastinasi: Kebiasaan Nunda Melulu Sampai Enggak Punya Waktu!Illusion of Progress: Buku Self-Improvement sebagai Wadah Perkembangan Diri Secara Ilusi
Jika kamu memiliki problem-focused coping, kamu akan memilih untuk menemui orang yang melakukan penilaian terhadapmu dan membicarakan hal apa yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan kinerjamu.
Kamu akan mengembangkan rencana yang jelas untuk memperbaiki diri sehingga penilai memberimu kesempatan.
Melakukan konsultasi dan memaparkan langkah perbaikan pada orang yang berwenang akan mengembalikan kepercayaan diri bahwa kamu memiliki kemampuan untuk berhasil.
Sedangkan jika kamu memiliki emotion-focused coping, kamu akan menghabiskan waktu untuk beristirahat dan mengalihkan pikiranmu dari masalah tersebut. Kamu berusaha untuk menghapuskan prediksi bahwa bisa jadi kariermu hancur.
Langkah ini bisa membuatmu merasa lebih baik sehingga dapat memikirkan situasi dengan lebih jernih.
Keharusan Melakukan Presentasi di Depan Banyak Orang
Kamu diminta untuk mempresentasikan sesuatu di depan banyak orang dan kamu tidak memiliki pilihan untuk menolak. Karena ini merupakan presentasi penting, kamu merasa tersanjung dan terkejut dalam satu waktu bersamaan. Namun, saat acara semakin dekat, muncul kecemasan karena berbicara di depan umum bukanlah hal yang mudah untukmu.
Problem-focused coping akan membuatmu memutuskan meminta bantuan entah pada seorang profesional atau teman yang kamu percaya memiliki kemampuan bagus dalam bidang ini.
Baca Juga:Digital Minimalism, Cara Menyederhanakan Kehidupan Online Kita5 Tipe Imposter Syndrome, Anggap Diri Sendiri Sebagai Kegagalan
Kamu belajar bagaimana menyampaikan presentasi dengan baik, kemudian berlatih di depan keluarga atau temanmu. Kamu berusaha agar lebih siap ketika berada di situasi nyata nantinya.
Sedangkan strategi yang berfokus pada emosi akan membuatmu mensugesti diri bahwa kamu bisa melakukannya. Kamu terus menanamkan dalam diri bahwa ini adalah hal yang bisa kamu tangani. Kamu mengingatkan diri sendiri bahwa tidak apa-apa untuk merasa gugup, toh orang lain tidak akan menyadarinya.