Soal Mantan, Mungkin Laki-laki Hanya Sok Tegar

Laki-laki hanya sok tegar
Saat laki-laki tampak lebih kuat dibanding perempuan dalam menyikapi cintanya hancur, bisa jadi laki-laki hanya sok tegar.
0 Komentar

Mungkin inilah watak laki-laki yang dituntut oleh dunia yang patriarki, meski tentu saja telah terjadi banyak pergeseran di mana kaum perempuan mulai banyak mengambil peran. Tetapi secara umum, laki-laki dituntut untuk dominan, superordinat, ekspansif, menjadi decision maker.

Ada lagi kasus percintaan di mana laki-laki digambarkan lebih dewasa, lebih tulus dan lapang dada saat mengetahui perempuannya mencintai laki-laki lain.

“Kalau memang dia bisa membuatmu bahagia, biar aku yang mundur saja. Aku ikhlas.”

Baca Juga:Simpatiknya, Babinsa dan Bhabinkamtibmas Bantu Evakuasi Pasien ODGJ ke RSUDSempat Sepi, Produksi Ikan Asin di TPI Tanggul Malang Kendal Kembali Menggeliat

Wuih, laki-laki semacam ini tentu amat mengesankan, gagah dan elegan. Cinta sejati, dan berbagai kredit pujian lainnya. Tapi tunggu dulu dech, apakah kaum perempuan tahu apa yag terjadi setelah laki-lakinya mengucapkan mantra amat bijak tadi. Apa yang terjadi sesungguhnya, sebijak dan setegar itukah? Atau jangan-jangan laki-laki hanya sok tegar.

Ketahuilah wahai perempuan, bisa jadi lelakimu akan pulang ke rumah. Mengunci kamar, stel musik rock dengan volume sekencang-kencangnya, sambil mewek tingkat dewa.

Hari-hari selanjutnya dia juga akan terpuruk, meski tetap berusaha mengelola perasaannya di depan orang lain. Tetapi satu hal yang pasti, ia tengah merasakan keterpurukan, dan menyadari kekeliruannya merelakan perempuannya pergi dengan laki-laki lain. Saat itulah laki-laki kemungkinan akan kembali memperjuangkan cintanya. Bahkan dengan effort yang mungkin lebih gila.

Laki-laki Hanya Sok Tegar

Loh kok? Terus, pas dia merelakan perempuannya dengan laki-laki lain, itu apa dong? Jangan bilang cuma gimik loh. Ya bukan gimik juga sih, tetapi itulah tuntutan peran seorang laki-laki di dunia patriarki. Selain dominan dan ekspansif, laki-laki juga dituntut logis, kuat, dan tegar di hadapan perempuan.

Jadi, seringkali laki-laki hanya sok tegar di hadapan perempuan, meski sebetulnya dia tidak siap-siap amat dengan derita yang harus ditanggung kemudian. Ungkapan “Aku baik-baik saja” seringkali menyembunyikan fakta sesungguhnya, bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.

Sementara si perempuan saat membuat pengakuan di depan laki-lakinya bahwa ia telah bersimpati atau bahkan tergoda dengan laki-laki lain, sebetulnya dia juga masih ingin diperjuangkan, di- posesif -i, digondeli oleh laki-lakinya. Tetapi ya sudah menjadi tabiat perempuan, dia enggan menyampaikan keinginannya secara verbal, memilih memberikan kode dan teka-teki silang tetapi sekaligus ingin laki-laki mengerti keinginannya.

0 Komentar