Pernahkan kamu bertemu orang menyalahkan orang lain saat kegagalan atau hal buruk terjadi? Atau mungkin, kamu sendiri yang melakukannya? Dalam ilmu psikologi, kebiasaan ini disebut self-serving bias.
Self-serving bias adalah jenis bias kognitif yang melibatkan perilaku memuji diri sendiri untuk kesuksesan yang didapatkan, dan menyalahkan faktor-faktor eksternal ketika mendapatkan hasil yang negatif atau tidak sesuai dengan harapan.
Terkadang, bias ini digunakan untuk menghindari tanggung jawab atas tindakan pribadi. Ia juga bisa vertindak sebagai mekanisme pertahanan yang melindungi harga diri. Orang tidak ingin dikenal dengan kegagalan yang diperoleh, dan hasil yang tidak sesuai bisa merusak egonya. Akibatnya, orang memilih untuk bersemunyi.
Baca Juga:Post Graduation Blues: Habis Lulus, Terus Apa?5 Cara Menghadapi Silent Treatment: Perlu Jujur dengan Perasaan
Misalnya, orang yang lulus ujian percaya bahwa dia belajar dengan baik di kelas. Sedangkan jika mereka gagal, mereka percaya bahwa guru tidak menjelaskan mata pelajaran dengan benar, teman mengganggu agenda belajar, dan lainnya.
Self-serving bias bisa terjadi dalam berbagai lingkungan, termasuk sekolah, pekerjaan, hubungan interpersonal, komunitas hobi, dan lainnya. Perilaku bias kognitif ini bukanlah tanpa sebab, melainkan berakar dari faktor-faktor berikut.
Dari Mana Self-serving Bias Datang?
Faktor penyebab self-serving bias. (Sumber: freepik.com)
Faktor-faktor berbeda dapat memengaruhi apakah orang cenderung terlibat dalam perilaku dan pernyataan yang mementingkan diri sendiri.
Sumber Kontrol
Faktor ini menyangkut keyakinan pribadi tentang faktor-faktor yang menyebabkan berbagai peristiwa terjadi. Secara umum, orang cenderung memiliki keyakinan sumber kontrol internal dan eksternal.
Orang dengan kepercayaan kontrol eksternal cenderung mudah mengaitkan hasil dengan kekuatan luar. Mereka berasumsi bahwa apa pun yang dilakukan tidak akan berdampak apa pun dan hanya faktor eksternal yang menentukan apa yang akan terjadi.
Mereka menghindari rasa bersalah, tetapi mereka juga cenderung merasa tidak berdaya untuk mengendalikan nasib mereka.
Sedangkan orang dengan kepercayaan kontrol internal meyakinin bahwa mereka memiliki banyak kendali atas peristiwa yang terjadi dalam hidup mereka. Mereka senang akan pujian dan hadiah, sekaligus menerima kesalahan atas hal-hal yang terjadi di luar keinginan.