4. Beli Barang Tanpa Pikir Dua Kali
Saat kita merasa tercukkupi untuk membeli suatu barang, kita cenderung membeli barang tanpa memikirkan dahulu kualitas barang, fungsi barang tersebut, serta sisa uang yang kita miliki.
Pembelian barang tanpa pertimbangan lebih lanjut biasanya hanya menyebabkan pemborosan dan menumpuknya barang yang tidak terlalu berguna.
5. Sering Kali Menggunakan Alasan Self Reward
Anak muda zaman sekarang yang peka sekali terhadap isu kesehatan mental sering kali melakukan apresiasi diri dengan self reward. Hal ini memang bagus untuk mental, namun kita harus tetap memperhatikan uang yang dikeuarkan untuk self reward. Jika pembelian sudah tidak terkontrol, hal ini bukan lagi self reward melainkan sindrom impulse buying.
Baca Juga:Sulit Tak Lantas Mustahil! Intip 4 Fase Memaafkan Diri Sendiri5 Bentuk Self-Sabotage, Tanda Kamu Bersikap Toxic pada Diri Sendiri
Itulah beberapa gejala atau indikator impulse buying. Di era Ânew-normal pasaca pandemi seperti ini, jumlah komsumsi di toko-toko online cenderung lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Apalagi ekonomi Indonesia sudah semakin membaik dan semakin mudahnya melakukan pembelanjaan dari rumah.
Namun kerena perilaku ini lebih cenderung memberi dampak buruk, sebiaknya kita lebih bijak lagi untuk membelanjakan uang kita.
Artikel Lainnya: Hasil Survei, Ini yang Menjadi Kepuasan saat Belanja Online
**DYA
Referensi:
- Impulse Buying di Eea Post-Pandemic – buka