RADAR PEKALONGAN.ID – Tidak hanya kalangan para kiyai, para habaib, mahasiswa dan para santri saja yang merasakan kegembiraan menyambut Satu Abad Nahdlatul Ulama. Kalangan pekerja bangunan MII Prilangu juga merayakan kebahagiaan itu. Caranya pun sederhana, mereka memakai kaos warna hitam yang berlogo ‘Sambut 1 Abad NU’.
Ketua Pengurus MII Pringlangu, Drs H Abdul Kholiq mengaku sangat bersyukur dapat merayakan peringatan 1 abad NU bersama para pekerja bangunan MII Pringalangu. “Dengan memakai koas berlogo 1Abad NU sebagai penanda keterlibatan pekerja dalam merasakan kegembiraan menyambut Satu Abad Nahdlatul Ulama,” ucapnya.
Memang sudah seharusnya, sambung Kholiq, segenap lapisan masyarakat Indonesia menyambut cuka cita peringatan 1 Abad NU. Karena kehadiran NU di Indonesia telah membawa manfaat yang besar bagi bangsa, negara dan masyarakat Indonesia.
Baca Juga:Kesbangpol Tangkal Pemahaman Radikalisme Dengan LCC Wasbang PelajarAktif Baca Sholawat Miftahul Maqosid, Insya Allah Dijauhkan Dari Musibah
“NU melalui tokoh-tokohnya telah berbuat nyata dalam berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang. Bahkan selalu menjadi garda depan dalam merawat dan menjaga bangsa Indonesia dari pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa,” ucapnya.
Pekerja Pembangunan MII Pringlangu sedang menggergaji.(Radarpekalongan.id/Abdurrohman)
Kholiq menyebut, dengan prinsip tawasuth (moderat), tawazun (berimbang), dan i’tidal(berkeadilan), NU mampu menyeimbangkan antara keislaman dan keindonesiaan.
“Meski Indonesia 87 persen dihuni oleh orang Islam dan tak menjadi negara Islam, kecintaan NU pada negara ini tak sedikit pun berkurang. Sikap kenegaraan seperti inilah yang memungkinkan Indonesia secara ideologi tetap stabil meski goncangan datang silih berganti,” ungkapnya.
NU membuktikan bahwa keislaman dan keindonesiaan bukanlah dua hal yang perlu dipertentangkan, melainkan bisa harmoni dan saling memperkuat. “Hal tersebut bukan semata karena persoalan politik, melainkan paham keagamaan yang dikembangkan NU memungkinkan keduanya-keislaman dan keindonesiaan-bisa hidup bersama,” tuturnya.
Dengan demikian, ulama pesantren tradisional telah mewariskan sesuatu yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia.
“NU telah mampu menunjukkan diri sebagai rahmat bagi seluruh bangsa,” terangnya.
Nilai-nilai perjuangan NU itu sudah saatnya diadopsi sebagai model keberislaman di berbagai belahan dunia. Dengan modal itu, sudah saatnya NU bersama seluruh eksponen bangsa mengubah orientasi keberislaman, tidak hanya bergumul dengan persoalan internal kebangsaan, tetapi juga bergerak maju untuk memengaruhi pergerakan peradaban dunia. (dur)