Oleh Waidi. RADARPEKALONGAN.ID – Leadership coaching dan perubahan budaya organisasi telah terbukti di bebagai level korporasi.
Setiap organisasi, bisnis dan nonbisnis, tentunya menghendaki adanya perubahan yang lebih baik. Manajemen sumber daya manusia (SDM), berperan besar dalam rangka mencapai perubahan tersebut. Peran pemimpin melalui berbagai pendekatannya (gaya kepemimpinan) dalam membawa perubahan organisasi menjadi kata kuncinya.
Kualitas SDM menjadi jawaban atas perubahan yang diinginkan tersebut. Pendekatan yang pada umumnya digunakan untuk peningkatan kualitas SDM berupa: pendidikan berjenjang, training, mentoring, dan consulting.
Baca Juga:Mahasiswa Undip Buat Pojok Baca untuk Siswa SDN MendoloMahasiswa KKN Undip di Desa Mendolo Perkenalkan Pemasaran Digital kepada Pelaku Usaha
Kelemahan mendasar dari pendekatan ini adalah proses pembelajaran satu arah atau top down: dari trainer ke peserta, dari mentor ke mentee dan dari konsultan ke klien. Alih-alih pendekatan tersebut memaksimalkan potensi peserta/klien (karyawan), malahan mematikannya: potensi terbaik dan kreativitasnya tidak dapat dimunculkan sebagai energi perubahan.
Pendekatan coaching merupakan salah satu jawaban perbaikan atas metode yang top down tersebut di atas. Pendekatan coaching belakangan banyak digunakan sebagai tools pemberdayaan SDM. Coaching selama ini diasosiasikan dengan dunia olahraga di mana pelatihnya disebut coach.
Berbeda dengan seorang coach dalam dunia SDM, ia bukan sekadar pelatih tetapi seorang mitra pemberdayaan diri yang penuh empati dan peduli untuk memaksimalkan potensi si coachee (karyawan/klien).
Coaching menurutICF (International Coach Federation) adalah hubungan kemitraan antara coach dan klien (coachee) yang dijalin melalui proses kreatif untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional.
Dengan kata lain, proses percakapan berbasis kemitraan atau kesetaraan dalam rangka memaksimalkan potensi klien berupa rencana tindakan baru agar diri klien lebih bagus performanya.
Bentuk coaching pada umumnya berupa percakapan dua arah antara coach dengan klien (coachee) yang dibangun atas dasar kemitraan, kesetaraan, respek tanpa penghakiman yang bertujuan menggali potensi klien agar dirinya potensi dirinya tumbuh maksimal. Ujungnya, klien (karyawan) mampu meningkatkan kinerjanya menuju perubahan organisasi.
Leader as Coach
Pemimpin memiliki peran penting dalam membawa perubahan organisasinya, pemimpin pula yang secara strategis mampu menggerakkan dan memberdayakan karyawannya. Jika coaching merupakan salah satu pendekatan untuk memaksimalkan potensi diri karyawan menuju peningkatan kinerja dan perubahan organisasi, maka saatnya pemimpin berubah peran sebagai coach atau leader as coach. Leader as coach adalah seorang pemimpin pada setiap jenjang manajerial yang memiliki keterampilan coaching (coaching skills).