RADAR PEKALONGAN. ID – Srimpi Pesisiran, tata rias khas kota Pekalongan resmi dipatenkan olehHimpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Melati Kota Pekalongan. Hal tersebut sebagai wujud pelestarian budaya, dan juga melindungi dari sisi hukumnya.
Dalam kegiatan di Gedung HA Djunaid, Jumat (10/2/2023) sore, juga ditampilkan tari batik Jlamprang dan gelar karya oleh HARPI kota Pekalongan.
Ketua Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia Melati Kota Pekalongan, Rizana mengungkapkan bahwa di Kota Pekalongan terdapat satu bentuk tata rias pengantin yang mungkin selama ini hanya disaksikan lewat media sosial ataupun foto, sehingga pada kesempatan ini dengan menggandeng budayawan, akan dikupas dan dibedah lebih detail bagaimana arti dalam riasan tersebut.
Baca Juga:FKUB Kota Pekalongan Jalin Kerukunan Bersama PD Muhammadiyah Dengan Safari Rumdah dan OrgamaGus Yahya Aktif Kampanyekan Perdamaian Dunia, UIN Sunan Kalijaga Anugerahkan Doktor Kehormatan
Ia juga berharap dengan adanya pertemuan ini bisa menjadi wadah untuk menyamakan persepsi tata rias pengantin untuk memodifikasi atau menginovasi sebuah riasan, perlu belajar bagaimana supaya merias tidak asal-asalan.
“Jadi disini kita komitmen bareng, bahwa memang dalam tata rias pengantin ada bagian yang perlu dirubah dan ada yang tidak berubah, oleh karen itu kami mengajak perias atau MUA untuk selalu belajar menjadi akhli rias pengantin dan tata uparacara adatnya,” pesannya.
Inovasi HARPI Melati Kota Pekalongan mendapat apresiasi dari ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) setempat, Hj Inggit Soraya.
Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia Melati Kota Pekalongan berfoto bersama dengan Ketua Dekranasda setempat, Hj Inggit Soraya di Gedung HA Djunaid.(Radarpekalongan,id/dinkominfo)
“Alhamdulillah kota Pekalongan sudah mendapat ciri khas yang berbeda dari kota/kabupaten lain, karena Pekalongan daerah pesisir jadi dinamakan Srimpi Pesisir, tentu tata rias ini sudah dirunut dari referensi zaman dulu,” ujar Inggit.
Inggit berpesan kepada perias atau MUA yang baru terjun untuk tetap menghormati dan selalu melibatkan perias senior agar ciri khas riasan terdahulu tetap terjaga, meskipun dimodifikasi dengan riasan modern. “Jangan lupa menghormati dan selalu melibatkan perias senior,” pungkasnya. (dur)