RADARPEKALONGAN.ID – Tinggal di tepi Sungai Blukar membuat Rohadi dan keluarganya harus merelakan tanahnya terus menerus tergerus banjir. Bahkan, areal tanahnya di Desa Galih, Kecamatan Gemuh itu kini hanya tersisa 8 meter dari semula 20 meter.
Hal itu terjadi karena banjir bandang selalu membuat tebing sungai longsor hingga menggerus tanah Rohadi. Pria yang berprofesi sebagai penjual tempe ini juga mengaku was-was setiap kali banjir, takut kalau-kalau rumahnya ikut hanyut. “Rumah bagian belakang juga sudah tergerus banjir,” tutur Rohadi.
Saat ini Rohadi dan keluarganya yang masih tinggal di tepi Sungai blukar hanya bisa pasrah. Setiap kali banjir datang, ia bersama anak dan istrinya sampai tidak bisa tidur. Terlebih, penglihatan Rohadi sendiri sudah lama tak berfungsi usai operasi katarak.
Baca Juga:Duh, Mahalnya Biaya SLF Apotek di Kendal, Pengusaha Bilang Sampai Rp 20 JutaGegara Kabel Terkelupas, Pria di Batang Ini Tewas Kesetrum Tiang Kanopi
“Setiap tahun rumah kami selalu terkikis arus sungai, sehingga yang tadinya punya tanah sepanjang 20 meter kini tinggal 8 meter. Rumah saya sudah bergeser tiga kali akibat tanah longsor saat banjir,” katanya, kemarin.
Rohadi menyebut sudah empat kali tanahnya tergerus banjir dan longsor. Beruntung, bronjong sungai di belakang rumahnya itu kini telah dipasang lagi oleh PSDA Provinsi Jawa Tengah.
Dengan kondisi tanggul yang kritis tersebut, Rohadi berharap ada bantuan pemerintah agar keluarganya bisa direlokasi ke lokasi yang aman, sehingga tak lagi was-was karena tinggal di tepi sungai. “Biasanya kalau memang airnya tinggi saya bersama anak istri mengungsi di saudara yang tak jauh dari rumah,” ucapnya. (lid/sef)