“Jika semua orang tidak ingin punya anak? Siapa yang ingin punya anak. Siapa yang akan melanjutkan negeri ini. Kita dulu berbicara pemuda itu adalah tonggak masa depan. Pemudanya tidak ada, maka akan tutup negara ini,” ujar Ustadz Syafiq.
Melihat secara akal sehat, lanjut dia, manusia itu punya naluri ingin menjadi seorang ibu. Ingin menjadi seorang bapak. Itu berdasarkan akal sehat. Sehingga pemikiran childfree ini bertentangan dengan akal sehat manusia. Hanya saja munculnya pemikiran childfree ini karena sistem sosial yang salah.
“Kok bisa? Banyak wanita yang seharusnya menjadi ratu dan permaisuri dia dipaksa bekerja. Aku yang hamil, aku yang melahirkan, aku yang menyusui, capek aku, ditambah lagi dia disuruh mencari duit. Sedangkan di dalam agama kita, suami yang wajib memberikan nafkah. Pemimpin di rumah adalah suami. Istri wajib taat,” katanya.
Baca Juga:PAC Fatayat NU Wonopringgo: Membangun Kader Fatayat yang Cakap, Modern, dan Bertanggungjawab3 Dinas di Pemkab Pekalongan Diminta Buat Kanal Aduan, Agar Lebih Responsif Terhadap Aduan Masyarakat
Batasan anak di sistem sosial yang ada adalah berumur 18 tahun. Setelah itu, orang tua tidak berkewajiban dengan anaknya, dan sebaliknya. Itu sistem sosial yang berjalan. “Lho buat apa saya membesarkan anak, capek ngajarin dia, kemudian dia pergi begitu saja. Di dalam agama kita ndak, anak wajib berbakti kepada orang tua. Sampai kapan. Sampai mati. Anak wajib taat kepada orang tuanya sampai mati,” tandasnya.
Sistem inilah yang membuat perempuan-perempuan berpikir ingin mengejar karir. Padahal menciptakan generasi masa depan menjadi tugas utama perempuan. Adanya ketimpangan sosial yang meremehkan ibu rumah tangga. “Akhirnya ketika mereka bekerja ya capek, ada yang merasa dizalimi dengan ketidakpuasan mereka terhadap sistem sosial yang ada di barat. Di negeri Islam, perempuan itu dimuliakan, perempuan dibiayai, anak-anak dibiayai, anak-anak itu aset. Di negeri liberal, anak bisa kawin sendiri semau dia, pulang-pulang anak-anak bisa kawin sendiri, ndak ada walinya. Kegagalan sistem sosial di sebuah negeri, sehingga muncul pemikiran menyimpang seperti ini,” ungkapnya.
“Di Islam, kita tahu 8 miliar manusia ini berasal dari Adam dan Hawa. Jika mereka dulu tidak pernah punya anak berarti antum ndak pernah lahir. Nabi mengatakan aku akan berbangga-bangga dengan banyaknya umat di hari kiamat. Sehingga kalian banyaklah anak. Kalau takut masalah rezeki, kita punya pemikiran anak itu ndak makan rezeki orang tuanya, makan rezekinya dia,” tandasnya.