Ustadz Khalid Basalamah menyampaikan, di Surat Al An’am ayat 151, janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena miskin. Masuk di dalamnya adalah berarti tidak berharap dari awal menikah tidak mau punya anak. Ini bertolak belakang dari tujuan syariat. Kecuali si perempuan sudah uzur, ada penyakit berbahaya, kandungan sudah ditutup, menopause dan sebagai. Tujuan utama perkawinan adalah melanjutkan keturunan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, janganlah salah seorang di antara kalian meninggalkan usaha untuk mendapatkan anak. Sebab bila seseorang meninggal dunia tanpa meninggalkan anak, maka putuslah namanya. Dalam Islam motivasi untuk menikah dan punya anak besar sekali.
Konsep Childfree Dalam Islam
Melihat uraian di atas, konsep childfree dalam Islam ini tidak sesuai dengan ajaran Islam. Beberapa poin yang menjadi alasannya di antaranya:
Baca Juga:PAC Fatayat NU Wonopringgo: Membangun Kader Fatayat yang Cakap, Modern, dan Bertanggungjawab3 Dinas di Pemkab Pekalongan Diminta Buat Kanal Aduan, Agar Lebih Responsif Terhadap Aduan Masyarakat
- Memiliki Anak Merupakan Fitrah Manusia
Fitrahnya orang tua akan merasa bahagia jika memiliki anak. Banyak pasangan mandul yang berusaha memiliki anak hingga rela mengorbankan apa saja untuk berobat agar memiliki anak.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَئَابِ
Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali ‘Imran: 14).
Bahkan, kesedihan belum memiliki keturunan juga dirasakan oleh para nabi yang merupakan orang-orang pilihan Allah Azza wa Jalla. Mereka pun berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar dikaruniai anak. Misalnya saat Nabi Zakaria berdoa:
وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْداً وَأَنتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَْ
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ
Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Zakaria, ketika dia menyeru Tuhannya, ‘Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik. Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung.” (QS. Al-Anbiya’: 89-90).
- Memiliki dan Mendidik Anak Termasuk Sunah
عن أنس بن مالك قال كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَأْمُرُ بِالبَاءَةِ وَيَنْهَى عَنِ التَّبَتُّلِ نَهْيًا شَدِيْدًا وَيَقُوْلُ تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّي مُكَاثِرُ الْأَنْبِيَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Anas bin Malik RA berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata:‘Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga dengan kalian di hadapan para nabi pada hari kiamat.” (HR Ibnu Hibban).