Contohnya, anak dengan usia 4 tahun cenderung merengek pada orang tua ketika dia merasa kecewa. Akan tetapi, anak berusia 14 tahun mungkin mengalihkan rasa frustrasi mereka dengan bertengkar dengan saudaranya.
Intensitas
Emosi yang sangat menjengkelkan atau sulit dikendalikan membuat orang lebih terdorong untuk mengalihkannya. Misalnya, keinginan untuk memukul yang kuat membuat seseorang berakhir membentak pasangannya.
Frekuensi
Banyak orang sudah mengalami menempatkan perasaan negatif pada target sekunder. Di samping displacement yang merupapakan respons yang normal, hal ini juga dapat melewati batas hingga menjadi perilaku yang bersifat abusive atau kekerasan.
Dampak Displacement
Perilaku ini dapat menjadi akar terciptanya beberapa konsekuensi berikut.
Baca Juga:5 Cara Menghindari Superiority Complex, Tidak Pandang Rendah Orang Lain6 Tanda Superiority Complex, Selalu Merasa Lebih Unggul dari Orang Lain
Ekspresi yang tidak tepat, sebab sering kali pengalihan emosi berjalan dengan ekstrem dan tidak proporsional.
Siklus kemarahan dan hal negatif, contohnya pengalihan kemarahan yang dapat menjadi siklus. Bayangkan ketika karyawan marah kepada bosnya dan membawa kemarahan itu hingga ke rumah. Mereka melampiaskannya kepada anak hingga pasangan, dan membuat anggota keluarganya mengembangkan perasaan frustrasi.
Masalah hubungan, karena orang yang dicintai sering kali menjadi target pengalihan emosi negatif. Pada akhirnya, itu akan mengamcam kesehatan hubungan yang dimiliki.
Prasangka, bahwa individu dalam kelompok yang mengekspresikan agresi secara individu dapat memicu prasangka terhadap kelompok di mana dia tergabung.
Kambing hitam, bahwa mengalihkan emosi negatif kepada pihak yang dianggap memberikan risiko yang lebih kecil akan membuat orang merasa dikambinghitamkan.
Displacement terjadi karena kadang itu merupakan hal yang lebih mudah untuk dilakukan dengan fokus mengurangi bahaya. Misalnya, dengan mengekspresikan kemarahan kepada bos secara langsung dapat membuat seorang karyawan kehilangan pekerjaannya, sedangkan karyawan tersebut tetap merasa butuh untuk meluapkan emosi yang dimiliki. Sehingga dia memilih untuk mengalihkannya pada target lain, meskipun target tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan emosi yang dirasakan.
Tentu saja, pengalihan emosi yang tidak tepat selain menghindarkan dari suatu bahaya yang besar, tidak menutup kemungkinan membawa bahaya lain terutama kepada target penempatan emosi.