RADARPEKALONGAN.ID – Kisah Sopan (47) umroh bersama ibu, Zuhriyah Riwan Raswan (78) mirip kisah Uwais Al Qorni.
Sopan sama sekali tidak menyangka kalau dirinya bisa umroh bersama ibu. Untuk kehidupan sehari-hari saja, menurut pengakuannya sangat pas-pasan, apalagi untuk biaya umroh.
Tapi Allah berkehendak lain. Karena ketaatan kepada ibunya, Sopan dipilih ibunya untuk menemani umroh yang berlangsung 2-10 Maret 2023 lalu.
Baca Juga:Perpustakaan UIN Gus Dur Jalin Kerjasama dengan Perpustakaan UMPP611 Siswa SDIT Ulul Albab Antusias Ikut Pawai Tarhib Sambut Ramadan 1444 H
Ketika didesak, apa kisah di balik pengabdian kepada ibunya sampai dia terbang ke tanah suci.
Sopan umroh bersama ibu selama 9 hari. (foto: dok. Sopan)
Umroh bersama ibu karena kaus kaki
Sambil merenung dan terlihat ragu-ragu, Sopan mulai mengingat-ingat kejadian yang sudah berlangsung beberapa puluh tahun yang lalu.
“Kala itu saya kelas 2 SMP,” Sopan mulai bercerita.
Pagi-pagi waktu dirinya akan berangkat sekolah, terlihat ibunya menggigil kedinginan. Baju hangat sudah dipasang, selimut sudah dipakai namun masih terlihat menggigil.
Ibunya berkata, kakinya sangat dingin sekali. Mendengar hal itu, Sopan melepas kaus kaki yang sudah dikenakannya sebelum berangkat sekolah.
Ia langsung kenakan kepada kaki ibunya. Terlihat badan ibunya tidak terlalu menggigil. Setelah itu Sopan ijin untuk berangkat ke sekolah.
Sampai di sekolah setelah upacara bendera, ternyata ada pemeriksaan kaus kaki. Sopan dengan gentleman maju ke depan karena memang dia tidak memakai kaus kaki.
Guru yang bertugas memeriksa kaus kaki bertanya satu per satu kepada siswanya, mengapa tidak memakai kaus kaki.
Baca Juga:SMK Negeri 1 Bulakamba Tekan Angka Kecelakaan Pelajar Bareng Forum Keselamatan Sekolah4 Efek Buruk Jarang Ganti Oli Mesin pada Motor
Giliran Sopan yang ditanya. Namun Sopan seperti bingung, apakah mau jujur, kaus kakinya diberikan kepada ibunya yang sedang sakit atau diam saja.
Ternyata Sopan memilih untuk tutup mulut. Diam seribu bahasa ketika ditanya mengapa tidak memakai kaus kaki.
“Pakkk….”
Punggung tangan sebelah kanan guru yang memeriksa Sopan mendarat di pipi sebelah kiri. Sopan menyeringai kesakitan tapi dia tetap diam.
Ia lebih rela dipukul gurunya ketimbang ibunya menggigil kedinginan. Bagi Sopan, pukulan ke pipinya tidaklah berarti apa-apa, toh besok hari juga sudah sembuh.
Setelah masuk kelas, nama Sopan dipanggil agar menuju ruang guru. Sopan memperkirakan guru yang menamparnya akan meminta maaf. Sopan tidak pergi ke ruang guru.