- Mampu mengurangi kecemasan dan stres
Tahukah kamu dengan mengetahui segala batasan, sikap, dan kendalii diri sendiri maka hal-hal tersebut mampu mengurangi rasa cemas serta stress pada berbagai hal-hal yang tidak mampu kamu kontrol.
- Anda tidak akan lagi mencemaskan pandangan buruk orang lain mengenai diri anda
Paham stoikisme dipercaya mampu membuat seseorang berhenti untuk mencemaskan segala perkataan orang lain. Dengan hal tersebut maka segala perasaan gelisah akan hilang sehingga anda dapat menjadi pribadi yang lebih baik.
Hal ini adalah hal yang diajarkan oleh filsuf kuno asal Yunani yakni Seneca. Dalam bukunya ia mengatakan bahwa “Jauhkan pendapat dunia tentang anda maka segala perasaan gelisah akan musnah. Jika kita melakukan kesalahan berdasarkan penilaian kita sendiri dan bukan karena orang lain, maka kemungkinan besar kita akan belajar dan mampu menjadi manusia yang lebih baik.”
Baca Juga:Jangan Terburu Cepat Menikah, Ini 5 AlasannyaTips Ubah Sindrom FOMO menjadi JOMO untuk Mengatasi Kecanduan Mengikuti Tren
- Dapat mengoptimalkan waktu sebaik mungkin
Mereka orang-orang yang mengaplikasikan paham stoikisme di kehidupan mereka adalah mereka yang jarang menyia-nyiakan waktu. Karena prinsip stoikisme membuat seseorang leboh menghargai waktu yang mereka punya. Prinsip ini disampaikan oleh Seneca bahwa para stoikisme menganggap setiap hari adalah hari terakhir sehingga mereka mampu memanfaatkan waktu semaksimal dan sebaik mungkin.
- Mudah bersyukur
Stoikisme mampu membuat seseorang untuk lebih mudah dalam mensyukuri hidup. Prinsip stoikisme sendiri adalah mengajarkan kepada masyarakat apa itu arti dari sebuah keikhlasan. Karena dengan sikap keikhlasan yang kita punya dan terapkan ke dalam kehidupan sehari-hari maka akan terciptanya perasaan yang lebih damai dalam menjalani kehidupan serta membuat hidup jadi lebih bahagia.
- Mampu berpikir secara rasional
Adapun manfaat yang lain dari stoikisme adalah sikap realistis yang dimiliki manusia akan jauh menjadi lebih kuat. Para stoic tidak akan menyerahkan hidupnya pada ekspektasi. Hal ini merupakan ajaran filsuf terkenal yakni Epictetus.
Dengan ajaran hidup untuk selalu berusaha atas diri sendiri dan tidak menggantungkan urusan semesta atau orang lain, maka kita akan lebih menjadi manusia yang realistis. Realistis sendiri menyadari hal-hal yang dapat kita kontrol atau yang berada diluar konteks mereka. (*)