RADARPEKALONGAN.ID – Jangan nilai orang dari cashingnya. Bisa saja seorang pemabuk jadi muazin. Allah Maha Kuasa untuk memberikan hidayah kepada siapapun yang Dia kehendaki.
Inilah kisah masa kecil Jazim (49). Pria kelahiran Jombang ini sebenanarnya berasal dari keluarga religius. Ayahnya adalah seorang guru ngaji. Selain guru ngaji, ayahnya adalah petani dan penjual minyak tanah keliling.
Ceritanya berawal ketika Jazim dan teman-teman belajar mengaji Al Quran. Menurut Jazim, ada perbedaan yang sangat mendasar dari sikap ayahnya.
Baca Juga:11 Tahun Amalkan Salat Hajat, Kedua Orangtua Ini Hantarkan Anaknya Wisuda STAN dan Bekerja di KementerianKeajaiban Kaus Kaki, Sopan Umroh bersama Ibu 9 Hari, Mirip Kisah Uwais Al Qorni
Kepada anak lain, ayahnya bisa bersikap tegas tapi lembut dalam mengajari ngaji. Sehingga banyak teman-temannya yang pandai mengaji. Tapi kepada dirinya tidak. Bahkan ayahnya sudah memegang bambu untuk memukul Jazim apabila tidak bisa atau tidak lancar dalam mengaji.
Ketika datang waktu mengaji Jazim akan sangat merasa ketakutan oleh sikap keras ayahnya. Mungkin maksudnya baik, tapi anak seusia Jazim saat itu belum bisa mencerna.
“Bukkkkk…..”
Bunyi bambu yang mendarat di punggung Jazim tidak bisa ditahan. Mulut Jazim menyeringai menahan rasa sakit. Itu karena Jazim salah mengucap bacaan ketika membaca Al Quran. Ayahnya sangat marah dan emosi. Mungkin merasa malu kalau anak guru ngaji tapi tidak lancar mengaji.
Situasi seperti itu sudah berulang kali terjadi. Ini yang membuat Jazim tidak nyaman dalam mengaji, juga tidak nyaman tinggal di rumah. Sejak SMP dia sudah sering menginap di rumah teman-temannya.
Ketika temannya bertanya dia hanya menjawab singkat,
“Gak betah di rumah….”
Jazim menjadi muazin ditemani anak-anak di Mushola Al Hidayah. (foto: asep)
Teman-temannya pun tidak ambil pusing karena memang mereka adalah teman main Jazim sudah lama. Tidur, makan, mandi berhari-hari bahkan pinjam baju dari teman sudah menjadi kebiasaan Jazim.
Suatu hari Jazim pulang karena sangat merasa lapar.
Dia pulang langsung makan di dapur. Ketika makan, ternyata diomelin oleh ayahnya. Jazim merasa tersinggung dan piring yang masih ada nasinya dilempar. Dia pergi lagi dan lama tidak pulang.
Baca Juga:Perpustakaan UIN Gus Dur Jalin Kerjasama dengan Perpustakaan UMPP611 Siswa SDIT Ulul Albab Antusias Ikut Pawai Tarhib Sambut Ramadan 1444 H
Karena sering main dan tidak pernah pulang, Jazim sekolah SMA sampai kelas 1. Setelah itu tidak melanjutkan lagi. Keluarganya juga mengucilkan. Mereka berkata, tidak usah mengurusi Jazim lagi.