Sungguh kemudian seperti tsunami di pegunungan: Gubernur Bali Wayan Koster, seorang Hindu, seorang moderat, seorang nasionalis, membuat pernyataan yang menggemparkan itu. Bali menolak kedatangan tim sepak bola Israel di Piala Dunia U-20. Koster juga seorang tokoh nasional PDI-Perjuangan.
Tsunami kedua datang dari Ganjar Pranowo. Ia gubernur Jateng yang santun, tokoh paling depan dalam kegiatan anti radikal, sangat dekat dengan ajaran Jawa, membuat pernyataan serupa.
Ganjar juga tokoh nasional PDI-Perjuangan. Ia juga lagi berjuang untuk mendapatkan tiket dari partainya agar bisa maju sebagai calon presiden di Pilpres tahun depan. Tanpa tiket itu ia sulit menjadi capres meski jajak pendapat sangat mengunggulkannya.
Baca Juga:Pojokan SriGalian C Ilegal Kembali Marak m di Batang, Penambangan Dilakukan Terang-terangan
Bahwa kemudian juga muncul suara-suara serupa dari beberapa kelompok Islam, tidak ada yang aneh. Yang jelas kelompok terbesar Islam seperti NU justru tidak mempersoalkan kedatangan tim Israel itu. Kelompok terbesar lainnya, Muhammadiyah, juga tidak menyuarakan apa-apa. Capres yang diserang sebagai penganut politik identitas, Anies Baswedan, justru netral. Setidaknya tidak muncul pendapat apa pun darinya.
Saya pun tertegun, tergagap, dan saking kagetnya sampai seperti terpaku mati berdiri. Baru tadi malam saya bisa menenangkan diri. Lalu bisa menulis artikel ini.
Itu pun saya tidak bisa menemukan jawaban mengapa. Lalu apa yang terjadi di balik semua itu. Mengapa, mengapa, mengapa.
Ke mana invisible hand.
Apakah begitu kukuhnya sasaran invisible hand itu sampai tidak mampu meredamnya.
Saya begitu percaya pada kehebatan Presiden Jokowi dalam mengatur yang begitu-begitu. Saya juga begitu percaya pada kemampuan Menteri BUMN Erick Thohir dalam memainkan diplomasi apa pun –sampai bisa jadi anggota Banser yang begitu berkibar di Satu Abad NU.
Pun ketika heboh penolakan kedatangan Israel sudah memuncak, saya masih percaya akan ada pahlawan yang datang belakangan. Dan sang pahlawan itu saya kira Pak Jokowi lagi. Toh sudah sering berhasil begitu.
Harapan itu juga masih besar ketika mulai ada suara FIFA akan membatalkan status tuan rumah Indonesia. Suara itu mulai muncul di media. Tapi saya masih yakin pada jagoan yang selalu datang belakangan. Apalagi ketika Erick yang baru terpilih sebagai ketua umum PSSI berangkat ke FIFA. Apalagi berbekal surat khusus Presiden Jokowi.