Oleh : Dahlan Iskan
SETELAH berbuka puasa di Rich Hotel, saya mendadak dapat tugas dari manajer saya: harus ke Jakarta esok paginya. Tidak bisa dibantah.
Pilihannya: malam itu juga saya ke Jakarta. Pakai mobil. Atau besok paginya saya naik pesawat dari bandara baru Yogyakarta. Berarti harus pisah dari istri.
Saya pilih yang berpisah. Apalagi saya begitu ingin merasakan seperti apa hebatnya bandara baru Yogyakarta.
Baca Juga:Anshor LarisNo Gag
Pun seandainya tidak ada perintah mendadak ke Jakarta. Saya akan mampir ke bandara itu. Sekadar melihat-lihat. Toh jadwal Safari Ramadan hari itu ke arah Tasikmalaya.
Berarti dari Yogyakarta harus lewat Kebumen, Gombong, dan Ciamis. Tak ada salahnya mampir sebentar ke bandara baru. Sekalian mencoba jalur jalan selatan Jateng.
Ternyata saya harus ke Jakarta. Justru harus ke bandara itu. Tidak sekadar mampir melihat-lihat.
Bagaimana dengan istri dan geng beliau?
Istri pilih meneruskan rencana Safari Ramadan, dengan jalan darat ke Tasik. Istri mengantar saya sampai bandara. Juga diantar teman lama Aqua Dwipayana.
Benarlah yang Anda sudah tahu: bandara itu jauh sekali. Dari Yogyakarta ke arah Kulon Progo. Lalu ke wilayah Purworejo. Lebih satu jam perjalanan. Maka banyak orang pilih naik kereta khusus dari stasiun Tugu. Langsung ke bandara ini: 30 menit.
Dalam perjalanan saya mengingat-ingat: bandara mana saja di dunia ini yang jauhnya seperti Yogyakarta. Oh, banyak: Narita, Tokyo. Wuhan, Tiongkok. Dan yang saya rasakan paling jauh: bandara Lanzhou di provinsi Gansu nun jauh di barat Tiongkok.
Bandara-bandara itu benar-benar jauh. Satu jam perjalanan. Padahal jalannya mulus dan lancar. Yang Lanzhou lebih dari satu jam.
Baca Juga:Awas! Polisi Bakal Tindak Tegas Pelaku yang Memaksa Minta THRAstaga! Pengasuh Ponpes di Bandar Batang Diduga Cabuli Santrinya
Letak bandara Yogyakarta sebenarnya tidak jauh: secara kilometer. Hanya sepelemparan batunya Hulk.
Saya alpa menghitung: di berapa puluh lampu bang-jo harus berhenti, berapa ratus truk harus dibuntuti, berapa ribu sepeda motor harus dijaga perasaan mereka.
Belum lagi berapa banyak papan nama soto dan bakso yang harus dibaca istri saya di pinggir jalan yang tidak lebar itu. Jaraknya sendiri, dari Malioboro, hanya 40 km. Sekitar 20 menit kalau ada jalan tol.