RADARPEKALONGAN – Selama ini dalam menulis selalu yang dikeluhkan adalah ide dasar kepenulisan yang masih mentah dan belum matang. Kalau Begitu berarti kamu harus berkenalan dengan 4 macam pola pikir sastra menurut Ayu Utami.
Dalam menulis suatu karya baik itu puisi, artikel tentang sastra, Cerpen, dan Esai sebenarnya gampang sekali. Kamu hanya mengenal karakter pola pikir sastra menurut Ayu Utami seorang penulis terkenal saat ini.
Baca jugu: Angkat Biografi KH Nasyi’in Limpung, Siswi MA NU 01 Banyuputih Juarai Porsema Jateng XII
Aku yakin kalau kamu sudah mengenal dan memahami pola pikir sastra menurut Ayu Utamai tidak akan ada istilah kehabisan ide lagi. Sebab pola pikir ini berlaku sangat umum dan terus digunakan dalam menulis sastra.
Baca Juga:6 Hidangan Lebaran Khas Pekalongan yang Lezat untuk Keluarga Besar10 Rekomendasi Jajanan Lebaran Khas Pekalongan Dijamin Enak, Buruan Order!
Baiklah saya kasih tahu beberapa macam pola pikir sastra menurut Ayu Utami yang sudah menerbitkan beberapa buku salah satunya Bilangan Fu. Diantaranya sebagai berikut yang harus kamu pahami.
Sama Dengan
Pertama adalah pola pikir sama dengan yang pada intinya berusaha menyamakan satu hal dengan lainnya. Maksudnya sering ditemukan kata-kata sastra yang mengandung analogi.
Nah, analogi ini merupakan buah dari pola pikir yang namanya sama dengan. Contoh yang bisa lihat adalah adalah pada karya sastra pantun yang sering menggunakan pola pikir ini. Misalnya saja pada kata ini,
Pergi ke pekalongan kulakan batikMakannya Nasi megonoHei Arumi yang cantikMuka kamu cantik kayak bintang film bollywood sono
Ada kata “kayak”pada akhir larik pantun yang menegaskan persamaan kecantikan Arumi dan bintang film sono. Bintang film Bollywood yang seringkali ada perempuan cantik-cantik.
Sang penulis menggunakan pola pikir persamaan untuk pantun tersebut. Salah satu pola pikir sastra menurut Ayu Utami bisa dimanfaatkan untuk membuat tulisan.
Perlawanan
Selanjutnya adalah pola pikir perlawanan, Pola pikir yang intinya membuat sesuatu yang bersebrangan. Sederhanya menciptakan dua pihak yang berantem satu sama lain.
Baca Juga:5 Negara ini Produksi Film Sesuai dengan Masalahnya, Indonesia Autentik SekaliKisah Cinta Rumaisha Menerima Ketulusan Seorang Bangsawan Abu Thalhah (Part 2)
Dalam konteks yang lain adalah menciptakan tokoh atau aktor yang sifatnya saling bertolak belakang. Nah pola pikir seperti ini sering dijumpai ketika membaca sebuah tulisan karya sastra.