RADARPEKALONGAN.ID – Uniknya di Indonesia ada tradisi yang turun temurun yaitu halal bi halal tapi tidak ada haram bi haram. Kegiatan tersebut selalu diselenggarakan ketika awal bulan Syawal yang sangat digandrungi oleh umat Islam.
Halal bi halal sudah jadi kebudayaan oleh umat Islam dimanapun tempatnya baik oleh orang Jawa, Sunda, Sumatara, Kalimantan dan wilayah Indonesia lainnya. Sangat riuh kegiatan ini diadakan pada hari-hari bulan syawal.
Namun sudah tahu apa belum sih kalau kegiatan tersebut sudah ada sejak sebelum adanya kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
Baca Juga:20+ Ucapan Maaf untuk Camer Biar Anaknya Makin Jatuh Cinta Sama KamuWalikota Izinkan Warga Muhammadiyah Shalat Ied di 3 Tempat Pemkot Pekalongan
Sejarah Munculnya Halal bi Halal
Menurut literatur terpercaya dari salah satu pemuda yang aktif mempopulerkan Arab Pegon, Ayung Notonegoro menemukan tulisan halal bi halal ada pada manuskrip kuno Babad Cirebon.
Dalam manuskrip tersebut tertulis kata halal bi halal dalam bentuk Arab Pegon yang sangat khas sekali. Usia manuskrip tersebut diperkirakan 3 abad yang lalu.
Kalau tidak percaya ini postingan Ayung Notonegoro yang diunggah pada akun twitternya.
Manuskrip Babad Cirebon Halal bi Halal
Manuskrip tersebut menurut Idham Cholid yang dituis Tempo (2021) ditemukan pada halaman 73 dalam keterangan Babad Cirebon yang ditulis pada 1700 masehi. Penemuan manuskrip tersebut melalui beberapa referensi menguatkan dengan adanya Praja Mankunegaran pada abad ke-18 atau 1700an yang ditemukan oleh salah satu akademisi UIN Sunan Kaljaga.
Antropolog UIN Sunan Kalijaga tersebut menyebit tradisi halal bi halal berakar pada “pisowanan” yang saat itu Raden Mas said KGPA Arya Mangkunegara 1 yang mengumpulkan prajurit untuk melakukan sungkeman.
Manuskrip Babad Cirebon Tentang Halal bi Halal (Ayung Notonegoro)
Waktu pleaksanannya tepat pada perayaan hari raya Idul Fitri. Pisowanan ini menurut Raden Mas said KGPA Arya Mangkunegara 1 dipilih karena sangat efektif dan efisien dibanding perorangan.
Selain itu lebih muda lagi tahun 1924 atau 1 Syawal 1344 H ditemukan pada majalah Soeara Muhammadiyah yang menulis tentang “Alal Bahalal.” Tuisan tersebut dilansir dari NUONline diterbitkan pada majalah Soeara Muhammadiyah jelang perayaan idul fitri.