Oleh: Dahlan Iskan
SAYA senang acara makan malam dengan mahasiswa di Nanjing ini di resto Aladin. Masakan Xinjiang. Serba kambing. Dengan mie kenyalnya yang besar, yang dipotong-potong tinggal seukuran 1 cm.
Saya sering makan di resto Xinjiang di berbagai kota di RRT. Tapi pilihan Sasa, mahasiswi bisnis internasional asal Bali ini, istimewa. Rasa satenya persis aslinya yang di Xinjiang.
Begitu tiba di resto Aladin terlihat penari tunggal di lobi dekat pintu masuk. Tari Xinjiang. Lagu Xinjiang. Penarinya laki-laki bertopi haji. Dilihat dari bentuk wajahnya juga orang Xinjiang. Itulah provinsi yang mayoritas penduduknya Islam. Jauh di barat, di perbatasan dengan Uzbekistan.
Baca Juga:Libur Lebaran, Perumda Air Minum Tutup Sementara Layanan CS dan Loket PembayaranAntisipasi Kemacetan Arus Mudik, Truk Angkutan Barang Dilarang Melintas Mulai 17 April 2023
Saya hampir saja gabung dengan penari itu. Ingat ketika saya di Xinjiang empat tahun lalu: ikut menari di plaza Bazar yang terkenal itu. Ratusan orang menari bersama. Laki perempuan. Gerakannya ada yang mirip zapin. Sebagian mereka pakai topi putih.
Di resto Aladin ini kami diberi tempat makan di lantai dua. Tapi tetap bisa melihat penari di lobi.
“Apakah kami nanti setelah lulus harus pulang? Harapan orang tua, saya harus pulang,” tanya Krisdahim Kogoya, asal Wamena.
Ia asli Wamena –kini ibu kota provinsi Papua Pegunungan. Hitam kulitnya, keriting rambutnya –seperti lirik dalam lagu kebanggaan orang Papua.
Saya harus menjawab itu. Namanya saja dialog sambil makan. Kris sudah empat tahun di Nanjing. Kuliah di南京信息工程大学 (Nanjing University of Information Science & Technology). Awalnya mengambil D3 software komputer. Tapi tahun pertama harus belajar bahasa dulu. Kris sudah begitu pandai berbahasa Mandarin. Saya kalah total.
Nilai kelulusan D3-nya sangat baik: GPA-nya 3,54/4,50. Karena itu Kris ditawari untuk langsung ke S1. Dapat beasiswa dari universitas. Tapi beasiswa itu hanya untuk prodi artificial intelligence.
Syarat kedua, beasiswa hanya berlaku untuk satu tahun. Baru kalau nilainya bagus bisa dilanjutkan tahun kedua. “Puji Tuhan nilai tahun pertama saya bagus. Beasiswa bisa diteruskan. Mohon doa nilai di tahun kedua juga bagus,” katanya.