Saat bertakbir, kita hanya mengagungkan dan memuji Allah, membesarkan Allah saja, maka tidak ada tempat bagi orang-orang yang merasa besar, orang-orang yang takabur. Karena saat kita membesarkan Allah, maka pada jarum jam yang sama kita sedang mengafirmasi kecil dan kerdilnya kita sebagai manusia, seperti lemah dan lemasnya kita menahan lapar dahaga di siang Ramadhan.
Takbir, tahlil dan tahmid yang dilantunkan setiap mulut dan hati, sesungguhnya menjadi sebuah statemen keTuhanan, deklarasi tauhid, bahwa kita yang lemah ini hanya ridha untuk didominasi oleh Allah Yang Maha Besar saja, tidak boleh oleh yang lainnya. Laa Ilaaha Illallah, tidak ada dzat, tuhan-tuhan lain yang berhak mendominasi kemerdekaanku, kecuali Allah.
Adakah tuhan-tuhan lain yang berpotensi mendominasi kita? Tentu saja banyak; dari kekayaan materi, otoritas dan jabatan, syahwat, hingga kecerdasan akal, dan lainnya yang semuanya berpangkal pada nafsu manusia berpotensi tamak, eksploitatif. Betapa tidak sedikit manusia yang hidupnya tidak lebih dari melampiaskan hasrat demi hasrat, mengejar kepuasan demi kepuasan.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
Baca Juga:[Khutbah Idul Fitri 1444 H] Merayakan Cinta di Hari RayaMomen Lebaran 2023, Peluang Warga Batang menjadi Tuan Rumah yang Baik Bagi Pemudik
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (Al-Furqaan: 43).
Ketamakan membuat orang gelap mata, tak pernah puas dengan yang ada, sulit bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Kita mungkin terpana, bahwa ada pejabat publik atau politisi dengan aset kekayaan puluhan miliar, tiba-tiba tertangkap tangan KPK karena menerima grativikasi yang hanya 300 juta.
Ada pula seorang laki-laki yang dikaruniai istri teramat cantik, anggun, dan mempesona, sebuah prototype dari istri nan sempurna, kawan dan lawan sampai dibuat iri. Tetapi saat si lelaki keluar rumah sendirian, matanya masih saja lirik kanan dan kiri, mencari obyek yang menggairahkan syahwatnya.
Ilustrasi wanita suka berbelanja.(freepik)
Atau bagi kaum perempuan, ini semisal betapa seksinya papan diskon 50% + 20% + 10%, di mana saat ia membayar di kasir, ia kembali mendapatkan voucher potongan harga senilai 150 ribu. Begitulah hasrat konsumsi kita terus dieksploitasi.
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekali tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)