Itu yang membedakan Mutiara dengan Prigi. Di Mutiara tidak ada gelombang besar. Lingkungannya bukit. Pulau penutup pintu itu sendiri pulau bukit. Tanjung di dua sisi teluk Mutiara juga bukit. Hijau dan hijau.
Maka berada di pantai Mutiara Trenggalek ini saya merasa seperti berada di pusat wisata dekat Hanoi: Ha Long Bay.
Dari Hanoi, Ha Long Bay juga jauh: satu jam perjalanan. Waktu itu jalannya juga jelek.
Baca Juga:Libur Lebaran 2023, Kunjungan Wisata Pantai Jodo MembludakLebaran Prabowo
Dari Trenggalek ke Mutiara juga jauh: 1,5 jam. Jalannya juga kurang baik.
Hanya saja Hanoi adalah ibu kota negara Vietnam. Sedang kota Trenggalek ibu kota kabupaten miskin. Maka daya beli Hanoi jangan dipertandingkan dengan Trenggalek.
Mungkin setelah tol Surabaya-Kertosono disambung ke Kediri kelak Ha Long Bay-nya Trenggalek ini akan lebih hidup. Apalagi bila ditambah pelebaran jalan menuju pantai itu.
Berarti Ipin masih punya waktu untuk membuat perencanaan yang besar atas Prigi-Mutiara. Agar jangan kedahuluan bangunan-bangunan informal yang kelak sulit menatanya.
Gunung Kidul sudah bisa jadi model kemakmuran daerah semiskin Trenggalek. Lewat pariwisata. Pun Banyuwangi, meski latar belakangnya tidak semiskin Trenggalek.
Maka kembali ke manajemen di daerah. Anak muda seperti Ipin akan bisa menunjukkan perbedaannya.
Hanya saja ada penyebab kemiskinan Trenggalek yang lebih laten: hampir separo wilayah kabupaten itu milik BUMN Perhutani.
Baca Juga:Setengah LebaranSafari Tsinghua
Perkebunan dan kehutanan BUMN sudah terbukti tidak bisa memakmurkan rakyat. Tapi tulisan ini akan menjadi sangat serius untuk membahasnya.
Padahal ini tulisan edisi Lebaran. Mohon maaf lahir batin. (Dahlan Iskan)