3 Keutamaan Halalbihalal
Untuk lebih memahami tentang makna dan keutamaan halalbihalal, ulasan tiga hal di bawah ini mungkin bisa membantu kalian;
1. Mencegah Agar Tak Bangkrut
Loh loh, apa hubungan halalbihalal dengan soalan bangkrut? Emang relate sama bisnis ya? Hehehe. Nah, itu mirip dengan dialog Nabi dan para sahabat saat menyampaikan konsep bangkrut ini. Jadi konsep bangkrut atau pailit di sini adalah terkait nasib seorang hamba saat di peradilan Mahsyar kelak.
Biasanya hadits ini juga sering disampaikan para kyai dan ustadz dalam kaitan keutamaan halalbihalal. Yuk simak dulu haditsnya;
أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?”
Baca Juga:[KHUTBAH IDUL FITRI 2023]: Ramadan, Idul Fitri, dan Perjuangan Manusia Menemukan Bahagia[Khutbah Idul Fitri 1444 H] Merayakan Cinta di Hari Raya
Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”
Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim).
Jadi, jangan pernah terlalu percaya diri dengan bekal amal kebaikan yang elah kita lakukan, bahwa itu otomatis akan menghantarkan kita ke surga. Hadits di atas seolah menyindir orang-orang yang menghadap Allah dengan bekal amal ibadah yang sangat banyak dan yakin betul bisa masuk surga, tetapi pada akhirnya ia tertahan karena protes dari orang-orang yang pernah disakitinya selama di dunia. Mereka menuntut keadilan dari Allah atas perlakuan jahat atau tercela dari orang ini.
Lalu mekanisme hukum Allah pun dijalankan. So, alih-alih masuk surga karena bekal kebaikan yang banyak, orang ini justru harus menerima kenyataan pahalanya habis dan bahkan minus, menjadi surplus dosa, sehingga ia harus masuk neraka. Wah, tragis dan dramatik kan nasibnya.
Nah, jika kita tidak ingin bernasib serupa alias menjadi orang-orang yang bangkrut di akhirat, maka opsinya ada dua. Pertama, tidak melakukan hal-hal yang menyakiti orang lain. Kedua, karena yang pertama rasa-rasanya sulit, maka yang perlu dilakukan adalah menyelesaikan kesalahan itu di dunia, yakni dengan meminta maaf. Dan di sinilah keutamaan halalbihalal bisa kita pahami. Bahwa dengan semangat maaf dan memaafkan ini maka harapannya hubungan sosial kita lebih bersih dan suci.