“Tapi kalau banyak pasien yang operasi dokter kan juga bisa dapat uang banyak,” kilah si pengusaha.
“Dokter tidak boleh begitu,” jawab dr Mik.
“Berarti dokter ini merugikan rumah sakit,” tukas si pengusaha lagi.
Sejak itu dokter Mik memikirkan harus punya tempat praktik sendiri. Sesegera mungkin. Ia dapat rumah di Jalan Bawean, Surabaya.
Ketika Mik mendalami kanker payudara di Belanda, ia mendapat pujian sebagai ahli yang mumpuni. Tapi ia juga menerima nasihat dari profesornya di sana: semua yang Anda pelajari ini tidak ada gunanya kalau Anda tidak punya satu tim yang kuat. Untuk menangani kanker payudara harus ada empat dokter berbeda spesialisasinya: ahli kanker dan bedah kanker, ahli patologi, ahli anestesi dan ahli gizi.
Baca Juga:Lebaran IpinLibur Lebaran 2023, Kunjungan Wisata Pantai Jodo Membludak
Nasihat itu membekas dalam di hati dokter Mik. Ia membenarkan prinsip itu. Banyak dokter ahli yang sulit bekerja sama dalam satu tim yang baik.
Misalnya ketika dokter Mik masih menjadi ahli bedah umum. Ia harus menangani pasien dari Banjarmasin. Ada penyakit di dekat mata kakinya. Harus dioperasi. Untuk itu harus dibiopsi dulu. Agar tahu ada kankernya atau tidak. Begitu ada kanker maka kaki itu harus diamputasi. Agar tidak menyebar.
Pemeriksaan biopsi itu dilakukan oleh ahli patologi. Ia hanya ahli bedah. Sang patolog memastikan ada kanker di dekat pergelangan kaki itu. Maka dokter Mik memotong kaki pasiennya.
Setelah diperiksa lebih dalam ternyata tidak ada kanker di situ. Dokter Mik terpukul secara mental. Tapi ia bukan patolog yang menentukan kanker atau bukan kanker.
Lain kali dokter Mik juga harus memotong daging di dekat pipi pasien. Dasarnya: patolog mengatakan ada kanker di situ. Dokter Mik minta kepastian apakah benar ada kanker. Dijawab: pasti.
Setelah hasil irisan dibawa ke Eropa ternyata diketahui sama sekali tidak ada kanker. Si pasien, seorang pengusaha, komplain ke dokter Mik. Yang dikomplain mengakui kesalahannya, meski yang salah adalah patolognya.
“Saya mengaku salah. Saya akan ganti seluruh biaya yang sudah dikeluarkan. Apa boleh buat,” kenang Mik.