RADARPEKALONGAN.ID – Agama Islam mengajarkan adab safar atau bepergian. Bagi pemudik yang akan kembali ke perantauan baiknya simak adab safar berikut ini, baik itu adab sebelum safar, adab ketika safar, dan adab setelah safar.
Paska Lebaran, banyak warga lakukan safar (Hadi Waluyo)
Setiap orang pasti sering bepergian, baik itu untuk tujuan agamanya, pendidikannya, traveling, liburan, silaturahmi ke rumah kerabat, atau untuk kepentingan mencari nafkah, dan keperluan lainnya. Mari jadikan safar kita sebagai ibadah dengan menerapkan adab safar sesuai sunah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Berikut adalah adab safar, baik itu adab sebelum safar, adab ketika safar, dan adab setelah safar yang dinukil dari almanhaj.or.id.
Baca Juga:Wisata Ciblon Karanggondang, Asyik Bermain Air di Saluran Irigasi, Hanya Bayar Parkir Rp 5.00010 Manfaat Salak untuk Kesehatan, Bermanfaat Kontrol Asam Urat
Adab Safar (Sebelum Safar, Saat Safar, dan Setelah Safar)
A. Adab Sebelum Safar
- Melakukan shalat istikharah
Adab safar yang pertama ialah sebelum bepergian disunahkan melakukan shalat istikharah, yaitu shalat sunah dua rakaat kemudian berdoa dengan doa istikharah.
Sebelum safar disunahkan shalat safar (istikharah) (Hadi Waluyo)
Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kami shalat istikharah untuk memutuskan segala sesuatu, sebagaimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan al-Quran. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ‘Apabila seseorang di antara kalian mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaklah melakukan shalat sunah (istikharah) dua rakaat kemudian membaca doa:
“اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ، اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمِّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِي وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ.”
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan aku memohon kekuatan kepada-Mu (untuk mengatasi persoalanku) dengan ke-Mahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu sesuatu dari anugerah-Mu Yang Mahaagung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahui dan Engkau-lah Yang Mahamengetahui hal yang ghaib.
Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebutkan persoalannya) lebih baik dalam agamaku, penghidupanku, dan akibatnya terhadap diriku, -atau Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ‘…Di dunia atau Akhirat’- sukseskanlah untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berilah berkah.