Tentu banyak pertanyaan bernada curiga: dari mana Syech Panji, yang ilmu agamanya begitu tinggi, bisa mendapat uang begitu banyak. Bisa membeli tanah 1.200 hektare, membangun pesantren seluas 200 hektare, dengan bangunan-bangunan yang begitu mentereng.
Jarang orang menghargai kerja keras, kesungguhan, dan kegigihan. Pertanyaan yang sama juga menimpa KH Asep Saifudin Chalim, Surabaya. Yang dalam waktu pendek bisa membangun pesantren Amanatul Ummah di Pacet yang begitu besar. Tanahnya meluas begitu cepat: kini sudah sekitar 100 hektare. Sudah bisa bikin perguruan tinggi. Bahkan sudah membuka S-2 dan S-3.
Orang tidak mau tahu bahwa tiap malam Kiai Asep hanya bisa tidur 2 atau 3 jam.
Baca Juga:Terdakwa Investasi Bodong Yosepha Juwitaretno Dihukum 1,2 Tahun PenjaraHari Buruh, BPJS Ketenagakerjaan Batang Serahkan Santunan Kematian Senilai Ratusan Juta
Al-Zaytun kini memiliki sekitar 15.000 santri. Uang sekolahnya USD 3 ribu. Yakni untuk sekolah di Al-Zaytun 6 tahun. Sejak tamat SD sampai lulus SMA.
Bayar di depan.
Seperti juga Gontor, sistem disiplin santri di Al-Zaytun sangat tinggi. Termasuk perlakuan terhadap tamu. Penguasaan bahasa Arab dan Inggris juga dipentingkan. Lulus ujian nasional 100 persen. “Saya masih ingin santri harus menguasai bahasa Mandarin. Tapi belum ada guru-gurunya,” ujar Syech Panji. “Saya harus kirim dulu orang-orang untuk belajar di sana (Tiongkok),” katanya.
Kenapa pesantren itu diberi nama Al-Zaytun?
“Spontan saja,” jawabnya.
Waktu itu, tahun 1993, yayasan yang ia dirikan mengajukan izin mendirikan pesantren. Ketika Syech lagi di Gresik, ziarah ke makam ayahandanya di Dukun, ada telepon dari kantor Kementerian Agama Indramayu. “Kok di surat permohonan belum mencantumkan nama pesantren,” ujar Syech menirukan telepon yang ia terima. Kebetulan Syech lagi membaca bagian Quran yang disebut surat At-Tin.
Semula, di sambungan telepon itu, Syech ingin memberi nama pesantrennya itu At-Tin. Tapi diingatkan oleh yang menelepon. Nama At-Tin sudah dipakai oleh Ibu Tien, istri Presiden Soeharto. Yakni untuk nama masjid di Taman Mini Indonesia Indah. “Ya sudah, Zaytun saja,” jawab Syech kala itu.
Buah Tin dan buah Zaytun memang disebut di Quran di ayat yang sama. Disebut beriringan. Bahkan dalam konteks sebagai sumpah Tuhan: “Demi Tin dan Zaytun”.