Syech Panji memang bakat dagang. Sejak kecil. Ketika masih di sekolah dasar di Dukun pun, ia sudah menjalankan tugas jualan hasil bumi dan ternak. Ayahnya memang kepala desa tapi juga petani. Ia sering ke pasar menjual hasil pertanian dan ternak, seperti telur. “Zaman saya kecil jual belinya masih lebih banyak pakai sistem barter,” katanya. Sebagai anak dari keluarga Madura kerja seperti itu sudah biasa.
Istri Panji yang Sunda. Dari Banten. Banten yang Sunda: Umi Farida Al-Widad. Umi inilah yang berdiri di barisan depan waktu salat Idulfitri yang lalu. Yang bikin heboh itu.
Sebenarnya hari itu banyak juga wanita yang ikut salat. Tapi di lantai bawah. Terpisah dari laki-laki. Hanya 1 Umi yang ada di lantai bersama laki-laki itu.
Baca Juga:Terdakwa Investasi Bodong Yosepha Juwitaretno Dihukum 1,2 Tahun PenjaraHari Buruh, BPJS Ketenagakerjaan Batang Serahkan Santunan Kematian Senilai Ratusan Juta
Praktik baru seperti itu juga bukan sebuah kebiasaan di Al-Zaytun. Sehari-hari praktik salat berjamaahnya tidak ada yang berbeda. Pun ketika salat Jumat. Justru ketika di salat sunah (bukan keharusan) Idulfitri kemarin yang mengundang ribut.
Dr Nurcholish Madjid juga bikin ribut. Yakni ketika ia menjadi tokoh pembaharuan pemikiran Islam. Ributnya bukan main. Kala itu. Sekarang kalau ada orang bicara seperti Cak Nur tidak ada lagi yang kaget.
Syech Panji melakukan pembaharuan tidak lagi di pemikiran, tapi dalam praktik. Ribut sekali. Entah 30 tahun yang akan datang. (Dahlan Iskan)